REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG — Peretas (hacker) dari Korea Utara (Korut) diduga melakukan serangan siber terhadap perusahaan farmasi asal Inggris AstraZeneca yang saat ini menjadi salah satu pengembang vaksin untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (Covid-19). Hal ini dilaporkan telah dilakukan dalam beberapa pekan terakhir.
Dilansir 9News AU, peretas dari Korut menyamar sebagai perekrut di situs jejaring LinkedIn dan Whatsapp untuk mendekati staf AstraZeneca yang memberi tawaran pekerjaan palsu. Di antara para staf tersebut adalah termasuk mereka yang bekerja pada penelitian virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menjadi penyebab Covid-19.
Para peretas kemudian mengirim dokumen, yang beberapa menggunakan alamat e-mail berbasis di Rusia yang berisi deskripsi pekerjaan, namun sebenarnya telah menyertakan kode berbahaya yang dirancang untuk memberi peretas akses ke komputer korban. Upaya ini dilaporkan tidak berhasil.
AstraZeneca belum memberi komentar resmi terkait masalah ini. Sementara itu, Universitas Oxford yang bekerja sama dengan AstraZeneca untuk mengembangkan vaksin mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa telah bekerja sama dengan Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris (NCSC) untuk memastikan perlindungan.
"Universitas Oxford bekerja sama dengan Pusat Keamanan Siber Nasional untuk memastikan penelitian Covid-19 yang kami lakukan memiliki keamanan dan perlindungan siber terbaik," ujar juru bicara Universitas Oxford kepada CNN.
NCSC belum secara langsung mengomentari masalah tersebut. Namun, pada Jumat (27/11), NCSC mengatakan bahwa mereka berkomitmen untuk melindungi aset yang paling penting dari ancaman, di antaranya adalah di sektor kesehatan dan penelitian, serta pengembangan vaksin.