REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - - Inggris dan Prancis menandatangani perjanjian baru untuk mencoba menghentikan migrasi ilegal melintasi Selat pada Sabtu, (29/11). Nantinya akan akan peningkatan patroli dan teknologi untuk menutup rute berbahaya yang digunakan oleh para migran mencapai Inggris dengan perahu kecil.
Menteri Dalam Negeri Inggris, Priti Patel, mengatakan berdasarkan kesepakatan itu, jumlah petugas yang berpatroli di pantai Prancis akan berlipat ganda. Akan ada peralatan baru, termasuk drone dan radar digunakan dalam membantu pemantauan.
“Berkat lebih banyak patroli polisi di pantai Prancis dan peningkatan pembagian intelijen antara keamanan kami dan badan penegakan hukum, kami sudah melihat lebih sedikit migran yang meninggalkan pantai Prancis,” kata Patel.
Patel mengatakan dalam pernyataannya bahwa perjanjian tersebut merupakan langkah maju dalam misi kedua negara untuk membuat penyeberangan ilegal tidak dapat dilakukan. Kemudian, Inggris dan Prancis berencana untuk melanjutkan dialog tertutup untuk mengurangi tekanan migrasi di perbatasan bersama selama tahun depan. London juga berencana untuk memperkenalkan sistem suaka baru melalui undang-undang tahun depan.
Menteri Luar Negeri ini mengatakan kepada media Inggris, bahwa otoritas Prancis telah menghentikan 5.000 migran dari bepergian ke Inggris tahun ini. Dia mengatakan selama sepuluh tahun terakhir, Inggris telah memberi Prancis 150 juta pound untuk menangani imigrasi.
Menurut Patel, fokus pihak berwenang saat ini untuk menghentikan perahu kecil. Namun, imigran pun sekarang sudah mencoba menyeberangi Selat melalui truk, dan keamanan perbatasan diperketat di Prancis untuk menghentikannya.
Tahun ini, ratusan orang, termasuk beberapa anak-anak, tertangkap basah menyeberang ke Inggris selatan dari kamp sementara di Prancis utara. Beberapa migran telah tenggelam sebelum mencapai daratan.