REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden diperkirakan menunjuk mantan penasihat pemerintahan Obama, Neera Tanden, selaku direktur kantor anggaran Gedung Putih dan ekonom Cecilia Rouse selaku ketua Dewan Penasihat Ekonomi selekasnya Senin (30/11). Demikian menurut seseorang yang mengetahui proses itu.
Biden juga diperkirakan memilih Wally Adeyemo, yang merupakan penasihat ekonomi internasional senior di bawah presiden Barack Obama, untuk menjabat sebagai deputi tertinggi Janet Yellen di Departemen Keuangan. Ekonom Jared Bernstein dan Heather Boushey diprediksi ditunjuk sebagai anggota Dewan Penasihat Ekonomi, kata orang itu.
Biden memilih Brian Deese, penasihat lain di bawah Obama, untuk memimpin Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih. Demikian New York Times melaporkan, mengutip tiga orang yang mengetahui masalah itu.
Tim transisi Biden menolak berkomentar. Sementara Tanden, Rouse, Adeyemo, Bernstein, Boushey, dan Deese tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Pilihan ekonomi Biden menjadi subjek tarik-menarik antara kubu sentris Demokrat, yang terutama ingin kembali ke keahlian dan kompetensi, dan kelompok progresif, yang menginginkan langkah dramatis untuk memenuhi janji terpenting kampanye Demokrat untuk membuat kapitalisme AS lebih adil untuk semua. Pencalonan Tanden, Rouse, dan Adeyemo memerlukan konfirmasi Senat.
Persis seperti 2009 bersama Obama, yang wapresnya dijabat Biden, pemerintahan mendatang pada 20 Januari mewarisi ekonomi yang berjuang menghadapi tantangan serius dalam jangka pendek.
Namun kali ini, pukulan ekonomi yang didera oleh pandemi virus corona memperlihatkan kekayaan mencolok dan kesenjangan rasial. Kelompok progresif ingin tim Biden mengatasi kesenjangan rasial itu dengan cepat. Mereka sangat bersandar padanya untuk menghindari pelobi perusahaan dan memprioritaskan pilihan yang beragam.
Pilihan ekonomi sejauh ini mewakili "keragaman yang luas, keahlian yang mendalam, pengalaman panjang Washington," kata Matt Bennett, salah satu pendiri Third Way, lembaga konsultan politik Demokrat kubu sentris, dan "kembali ke kompetensi dan kewarasan". Mereka "tidak terlalu ideologis," katanya.
Penunjukan Tanden, yang mengepalai Center for American Progress, pusat pemikiran yang condong ke kiri, mungkin akan menuai kritik dari kelompok kiri. Tanden, yang merupakan penasihat perawatan kesehatan untuk Obama dan sebelum itu penasihat Hillary Clinton, berselisih dengan kubu progresif mengenai pencalonan presiden 2016 dari Partai Demokrat.
Rouse, ekonom tenaga kerja di Universitas Princeton yang penelitiannya berfokus pada ekonomi pendidikan dan mengatasi ketidaksetaraan kekayaan, sangat disukai oleh kaum progresif. Dia sebelumnya menjabat sebagai anggota Dewan Penasihat Ekonomi Obama.
Rouse mengkritik tanggapan ekonomi pemerintahan Trump terhadap pandemi, mencatat dalam siniar (podcast) Universitas Princeton pada April bahwa bantuan bisnis kecil telah gagal. Dia juga berbicara mendukung lebih banyak bantuan langsung kepada pekerja melalui majikan mereka. Rouse menyatakan keprihatinan tentang dampak pandemi terhadap memburuknya disparitas pendapatan.
Adeyemo adalah penasihat keamanan nasional senior Gedung Putih untuk ekonomi internasional selama pemerintahan Obama, serta pembantu utama mantan Menteri Keuangan Jack Lew. Dia saat ini adalah presiden Yayasan Obama.
Bernstein menjabat sebagai kepala penasihat ekonomi Biden saat pemerintahan Obama berjuang untuk menarik Amerika Serikat keluar dari Resesi Besar.
Dia ditugaskan menghitung dan menjelaskan berapa banyak pekerjaan yang diselamatkan oleh tindakan pemulihan yang diperjuangkan Obama pada 2009. Bernstein secara luas diharapkan memiliki peran yang sama menonjol dalam pemerintahan Biden.
Boushey dikenal karena penelitian yang berfokus pada bagaimana ketidaksetaraan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Menjabat kepala eksekutif dan salah satu pendiri Washington Center for Equitable Growth, pusat pemikiran ekonomi progresif, Boushey bekerja dengan tim Biden sebagai penasihat ekonomi tidak resmi.
Hampir 14 juta orang Amerika menerima tunjangan pengangguran yang berakhir pada 26 Desember. Lonjakan berlanjut virus corona berarti tidak ada yang tahu kapan mereka mungkin bisa kembali bekerja.
Agenda ekonomi Biden mungkin akan fokus untuk membuat negara itu melewati krisis virus corona, baik sebagai masalah kesehatan maupun ekonomi.