REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV - Otoritas Palestina (PA) dan Liga Arab dalam pernyataannya menantikan pemerintahan baru Amerika Serikat (AS) di bawah naungan presiden terpilih Joe Biden, Ahad (29/11) waktu setempat. Kedua pihak menantikan Biden memainkan peran positif menuju pembentukan negara Palestina merdeka.
Presiden PA Mahmoud Abbas dan kepala Liga Arab Ahmed Aboul Gheit mengadakan pembicaraan di ibu kota Mesir tentang konflik Israel dan Palestina sehubungan dengan pemilihan presiden AS. "Kami berharap pemerintahan baru AS akan membuka jalan bagi pemulihan peran yang lebih aktif dan positif untuk menemukan penyelesaian dan mendirikan negara Palestina," ujar keduanya dalam pernyataan bersama dikutip laman Al Arabiya, Senin (30/11).
Abbas telah meminta Biden untuk menghidupkan kembali hubungan antara Palestina dan Washington yang runtuh selama masa jabatan Presiden Donald Trump. PA memutuskan hubungan dengan pemerintahan Trump. Palestina juga menuduhnya secara mencolok pro-Israel.
Sementara dalam langkah kejam Trump memotong dana ke badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA). Trump juga mengakui Yerusalem, termasuk sektor timur yang dianeksasi, sebagai ibu kota yang tidak terbagi hingga memindahkan kedutaan AS ke kota tersebut.
Trump menghindari mengkritik pembangunan permukiman Isreal di Tepi Barat yang diduduki. Hal itu padahal melanggar kebijakan AS selama puluhan tahun bahwa perluasan permukiman merupakan hambatan bagi perdamaian.
Selain itu, Abbas juga bertemu Raja Yordania Abdullah di pelabuhan Laut Merah Aqaba. Dalam pernyataan istana setelah bertemu dengan Abbas, Raja mengatakan dia sepenuhnya mendukung kenegaraan Palestina. Dalam beberapa bulan terakhir, Raja tegas mengatakan kebijakan Israel dan rencana perdamaian Timur Tengah Trump akan menyebabkan konflik.
"Yang Mulia menekankan Yordania berdiri dengan semua sumber dayanya bersama warga Palestina dalam mencapai hak sah mereka untuk mendirikan negara merdeka," kata raja.
Dalam percakapan pertamanya dengan seorang pemimpin Arab sejak pemilihannya awal bulan ini, Biden berbicara dengan Raja Abdullah pekan lalu. Dia mengatakan kepada raja bahwa ia berharap untuk bekerja sama dalam mendukung solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina.
Yordania kehilangan Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur ke Israel selama perang Arab-Israel 1967. Yordania kini berada di jantung konflik dengan lebih dari tujuh juta warganya yang berasal dari Palestina.
Dalam komunike bersama lainnya dengan Abbas, kedua pemimpin mengatakan Israel berusaha untuk memaksakan realitas baru dengan mencaplok dan mempercepat pembangunan permukiman di wilayah Palestina yang diduduki. Pemerintahan Trump juga membuat marah Yordania dan Arab ketika dikatakan tidak lagi memandang permukiman Israel di Tepi Barat sebagai "tidak sesuai dengan hukum internasional".