REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, menyoroti langkah China yang menyebarkan gambar kekerasan. Dia mengatakan pemerintahnya telah menyuarakan keprihatinan terhadap Beijing menggunakan gambar seorang tentara Australia yang memegang pisau di tenggorokan seorang anak Afghanistan.
"Selandia Baru telah memberi catatan langsung ke pihak berwenang China, kekhawatiran kami atas penggunaan gambar itu," kata Ardern kepada wartawan di parlemen di ibu kota Wellington pada Selasa (1/12).
Australia telah menuntut Beijing meminta maaf dan menghapus gambar palsu tersebut. Gambar tersebut diunggah di Twitter oleh Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Lijian Zhao pada Senin (30/11).
"Itu adalah postingan yang tidak benar, dan tentu saja itu akan menjadi perhatian kami. Jadi, itu adalah sesuatu yang kami ungkapkan secara langsung dengan cara yang dilakukan Selandia Baru saat kami memiliki masalah seperti itu," ujar Ardern.
Negara kepulauan Pasifik yang kecil dan berfokus pada perdagangan itu telah menjauhi perseteruan yang berkembang antara China dan Australia. Selandia Baru memiliki kepentingan diplomatik, perdagangan, dan politik yang telah berlangsung lama dengan kedua negara.
Selandia Baru memiliki sejarah bersama, ikatan budaya yang erat, kedekatan geografis, dan hubungan ekonomi yang kuat dengan Australia. Sementara China adalah mitra dagang terbesarnya, dengan perdagangan dua arah melebihi 33 miliar dollar NZ.
Pernyataan ini merupakan bagian dari keterlibatan Selandia Baru sebagai bagian kelompok Five Eyes untuk berbagi intelijen dengan Australia, Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat. Sebelumnya, Ardern bergabung menyerukan Beijing untuk membatalkan keputusannya untuk mendiskualifikasi legislator terpilih di Hong Kong. Pemerintah Ardern juga mendukung partisipasi Taiwan di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meskipun ada peringatan dari Beijing.