REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO - Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden diperkirakan akan melanjutkan kebijakan yang didasarkan pada aliansi AS-Jepang dalam menghadapi kebijakan ekspansionis China di kawasan India-Pasifik dan uji coba rudal Korea Utara yang mengancam.
Para ahli dalam diplomasi dan hubungan internasional menilai pandangan Biden tentang hubungan antara Washington dan Tokyo di tengah persiapan untuk menduduki jabatan kepala negara pada Januari.
"Biden tidak membutuhkan pemahaman baru tentang hubungan bilateral," kata Fujisaki Ichiro, mantan duta besar Jepang untuk Washington.
Dalam menghadapi ketegasan regional China dan uji coba rudal Korea Utara, Fujisaki menekankan posisi negaranya dalam aliansi keamanan dengan AS.
"Jepang harus tetap tenang dan tangguh. Kami harus mematuhi aturan. Kami akan berbaris dengan Amerika Serikat," ungkap dia.
Fujisaki mengatakan Kabinet Perdana Menteri Suga Yoshihide mengenal banyak orang penting dari tim kerja Biden. "Kebijakan pemerintahan Biden bukanlah 'America First'," kata mantan dubes itu, menekankan bahwa negaranya optimis dengan pemerintahan AS yang baru.
“Mereka menghormati sekutu mereka, dan kami berbagi nilai-nilai yang sama. Saat mereka kembali ke dunia multilateral, kami menyambut baik pemerintahan Biden," tambah dia.
Fujisaki mencatat bahwa negosiasi akan terus berlanjut pada isu-isu seperti status beban biaya pada pangkalan pemerintah Tokyo di AS yang berada di Jepang dan perubahan arah volume perdagangan bilateral terhadap Jepang.
Aliansi AS-Jepang
"Ikatan [dari aliansi AS-Jepang] baru-baru ini berkontribusi pada komitmen ini," kata Watanabe Tsuneo, pakar senior di Sasakawa Peace Foundation (SPF), mengomentari hubungan antara Presiden Donald Trump dan Abe dalam menanggapi ancaman China.
Watanabe mengatakan masyarakat Jepang lega bahwa Suga menerima komitmen Biden, yang mengatakan bahwa ancaman terhadap Kepulauan Senkaku yang disengketakan di Laut China Timur akan dinilai di bawah aliansi.
Menurut dia, Pemerintah Tokyo harus mempertimbangkan penempatan rudal jarak pendek dan menengah China yang mampu menargetkan pangkalan AS di Jepang.
"Memastikan pertahanan rudal dan kemampuan pencegahan dalam hubungan Tokyo-Washington merupakan langkah penting sekarang," ujar dia, seraya menambahkan bahwa langkah ini juga akan berdampak pada pengembangan rudal Korea Utara.
Mencari koalisi yang luas
Brad Glosserman, wakil direktur Pusat Strategi Pembuatan Aturan (CRS) di Universitas Tama, Tokyo, menekankan pada pentingnya visi aliansi keamanan bilateral, dengan mengatakan bahwa Jepang sudah menyadarinya terlebih dahulu sebelum AS.
Mengingatkan kembali soal KTT Tokyo dari aliansi AS, Australia, India, dan Jepang (Quad) yang dikembangkan untuk melawan China pada awal Oktober, Glosserman mencatat bahwa AS sedang mencari mitra untuk membangun dunia yang lebih aman dan lebih kaya.
"Dalam hal tatanan regional, AS dan aliansi Quad akan terus mencari koalisi yang luas. Saya yakin AS akan terus menekan Korea Utara untuk mendaftarkan komitmen pelucutan nuklirnya. Namun, mengingat situasi amunisi Korea Utara, ini agak sulit. Diperlukan diplomasi yang konstruktif," tambah dia.