REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Badan Hak Media Internasional yang berbasis di Jenewa, Press Emblem Campaign (PEC), mengatakan pada Selasa bahwa hampir 500 jurnalis meninggal dunia karena Covid-19 di 56 negara sejak 1 Maret dan mencatat jumlahnya kemungkinan akan jauh lebih tinggi.
Selama November, setidaknya 47 pekerja media meninggal karena virus korona, meningkat dari 22 kematian pada Oktober.
“Sayangnya, pandemi tersebut menelan korban semakin banyak di media. Ini kerugian yang sangat besar. Di negara-negara seperti India, Brasil, Argentina, dan Meksiko, jumlah korban di kalangan jurnalis terus meningkat,” kata Sekretaris Jenderal PEC Blaise Lempen.
PEC mengatakan jumlah kematian kemungkinan lebih tinggi, karena penyebab kematian jurnalis terkadang tidak ditentukan atau bahkan diumumkan.
Bulan lalu, pada Hari Internasional untuk Mengakhiri Impunitas bagi Kejahatan terhadap Jurnalis, PEC mendukung seruan pelapor khusus PBB untuk mekanisme akuntabilitas ketika mereka mencatat bahwa dunia menghadapi tantangan yang sama sekali baru dengan Covid-19.
Pelapor Khusus PBB Agnes Callamard dan Pelapor Khusus untuk kebebasan berpendapat dan berekspresi Irene Khan mencatat dampak dari pandemi.
"Saat jurnalis berusaha menyoroti tanggapan terhadap Covid-19, mereka menghadapi peningkatan serangan. Melindungi jurnalis adalah melindungi hak orang untuk mengetahui. Pemerintah dan PBB harus segera bertindak untuk mengakhiri impunitas atas kejahatan terhadap jurnalis," kata mereka dalam sebuah pernyataan.
PEC mengatakan berdasarkan wilayah, dari 489 jurnalis yang meninggal akibat virus korona sejak 1 Maret, Amerika Latin memimpin dengan lebih dari separuh total korban, atau 276 kematian.
Asia menyusul dengan 125 orang tewas, Eropa dengan 38 orang, Amerika Utara dengan 26 orang, dan Afrika dengan 24 orang.
Peru melaporkan jumlah kematian terbanyak, di mana 93 pekerja media meninggal akibat Covid-19 sejak Maret, menurut Asosiasi Jurnalis Nasional negara itu.
Sementara itu, PEC mengatakan India saat ini menjadi negara yang terkena dampak terburuk kedua dengan 51 kematian. Brasil menempati urutan ketiga dengan 43 korban, disusul oleh Ekuador dengan 41, Bangladesh dengan 39, dan Meksiko dengan 33 kematian.
Amerika Serikat berada di urutan ketujuh dengan 25 korban, diikuti oleh Pakistan dengan 12, Panama dengan 11, dan Bolivia dengan 9 orang. Di Inggris, negara Eropa yang terkena dampak paling parah, 10 jurnalis kehilangan nyawa akibat virus ini sejak Maret.
Jumlah itu disusul oleh Nigeria dengan 8, Afghanistan, Republik Dominika dan Honduras dengan 7 korban, Argentina, Nikaragua, dan Venezuela dengan 6 orang, Kolombia, Prancis, Rusia, dan Spanyol dengan 5 kasus dan Italia dengan 4 kematian.
Tiga jurnalis meninggal akibat Covid-19 masing-masing di Kamerun, Mesir, Guatemala, Iran, Nepal dan El Salvador. Sementara itu, dua kematian dikonfirmasi masing-masing di Aljazair, Indonesia, Maroko, Paraguay, Afrika Selatan, dan Swedia.