REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia, Vladimir Putin, memerintahkan program vaksinasi sukarela berskala besar terhadap Covid-19 untuk dimulai minggu depan, Rabu (2/12). Dia mengatakan bahwa guru dan dokter harus menjadi yang pertama dalam antrean untuk mendapatkan vaksin Sputnik V andalan negara itu.
“Mari kita sepakati ini - Anda tidak akan melapor kepada saya minggu depan, tetapi Anda akan mulai vaksinasi skala besar ... Ayo mulai bekerja,” kata Putin kepada Wakil Perdana Menteri Tatiana Golikova.
Putin mengatakan, Rusia akan menghasilkan 2 juta dosis vaksin dalam beberapa hari ke depan. Sputnik V, salah satu dari dua vaksin buatan Rusia yang sejauh ini telah mendapat persetujuan regulasi domestik meskipun uji klinis tidak lengkap, akan membutuhkan dua dosis. Vaksin ketiga juga sedang dikerjakan.
"Saya memahami bahwa Anda menggunakan bahasa yang sangat hati-hati dan sangatlah benar bahwa kami berhati-hati. Tetapi saya tahu bahwa industri dan jaringan (kesehatan) secara umum sudah siap. Mari kita ambil langkah pertama ini," ujar Putin.
Istana Kremlin sebelumnya memberikan jaminan bahwa Rusia berada di urutan pertama yang akan divaksinasi. Produksi yang dilakukan di dalam negeri dilakukan untuk memenuhi kebutuhan Rusia terlebih dahulu. “Prioritas mutlak adalah Rusia,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov
Rusia mengatakan bulan lalu bahwa Sputnik 92 persen efektif melindungi orang dari Covid-19 menurut hasil sementara. Rusia telah memvaksinasi lebih dari 100.000 orang berisiko tinggi. Menteri Kesehatan, Mikhail Murashko mengatakan selama presentasi terpisah kepada PBB tentang Sputnik V, lebih dari 45.000 orang saat ini berpartisipasi dalam uji coba Sputnik V di seluruh dunia.
Peningkatan infeksi di Rusia telah melambat sejak mencapai titik tertinggi pada 27 November, dengan 25.345 kasus harian baru dilaporkan pada Rabu. Rusia telah menolak karantina selama gelombang kedua virus dan lebih memilih pembatasan regional.
Dengan 2.347.401 infeksi, Rusia hanya memiliki lebih sedikit kasus Covid-19 daripada Amerika Serikat, India, dan Brasil. Negara ini telah mencatat 41.053 kematian terkait Covid-19 sejak dimulainya pandemi.