REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Kementerian Pertanian, Pangan, dan Urusan Perdesaan Korea Selatan (Korsel) menyatakan kimchi bukan hanya kubis yang difermentasi tetapi merupakan bagian sentral dari budaya makanan di sana. Korsel menjelaskan proses pembuatan kimchinya telah diakui sebagai standar global selama hampir dua dekade.
Kementerian Pertanian, Pangan, dan Urusan Perdesaan Korsel mengeluarkan pernyataan tersebut untuk menepis pemberitaan media China bahwa Negeri Tirai Bambu memenangkan sertifikasi Organisasi Internasional untuk Standardisasi (ISO) untuk proses pembuatan kimchi. Kementerian tersebut mengatakan China memenangkan sertifikasi ISO untuk pao cai, jenis sayuran acar lain yang dikonsumsi di China dan tidak ada hubungannya dengan kimchi.
"Kita perlu memahami bahwa pao cai berbeda dari kimchi," tulis keterangan resmi kementerian itu, dilansir kantor berita Yonhap pada Jumat (4/12).
China memulai proses standarisasi pao chai pada 2019. Lima anggota ISO - China, Turki, India, Iran dan Serbia pada pekan lalu menyetujui standarisasi itu. Namun, menurut dokumen ISO itu, mengatakan bahwa "Dokumen ini tidak berlaku untuk kimchi".
Kementerian Pertanian, Pangan, dan Urusan Perdesaan Korsel mengatakan, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) secara resmi mengakui standar industri untuk kimchi pada tahun 2001. Klaim China atas standar internasional kimchi memicu tanggapan kuat dari media lokal, karena banyak orang yang menganggapnya sebagai identitas bangsa.
Keseluruhan proses pembuatan kimchi, yang disebut "kimjang" ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Unesco pada tahun 2013. Kimjang mencakup mencuci dan mengasinkan sayuran, menumisnya dengan bawang putih, cabai merah, dan ikan asin, lalu menguburnya di bawah tanah dalam gentong tanah liat.