REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemerintah Kota Seoul, Korea Selatan (Korsel) telah memerintahkan toko, bioskop, dan beberapa fasilitas lainnya di kota tersebut untuk tutup atau berhenti beroperasi setelah pukul 21.00. Pembatasan terbaru itu akan diterapkan selama dua pekan, dimulai pada Sabtu (5/12), guna mengekang penyebaran Covid-19.
"Seoul saat ini menghadapi krisis yang sangat berbahaya. Kami tidak punya ruang tersisa untuk mundur. Mulai besok kita menghentikan Seoul setelah pukul 21.00," kata Plt Wali Kota Seoul Seo Jeong-hyup pada Jumat (4/12) dikutip laman kantor berita Korsel Yonhap.
Bisnis yang tunduk pada pembatasan terbaru termasuk toko, kafe internet, area permainan, bioskop, ruang belajar, taman hiburan, salon kecantikan, toko kelontong besar, dan toserba. Pengecualian diberikan kepada toko grosir kecil berukuran kurang dari 300 meter persegi dan restoran yang menawarkan jasa antar.
Bus dan kereta bawah tanah akan beroperasi dengan jadwal yang dikurangi 30 persen setelah pukul 21.00. Pembatasan akan berlaku untuk bus pada Sabtu, sedangkan kereta bawah tanah mulai Selasa pekan depan.
Secara terpisah, Kantor Pendidikan Metropolitan Seoul telah meminta semua sekolah menengah dan atas di kota itu mengadakan semua kelas secara daring selama dua pekan mulai Senin (7/12). Pembatasan terbaru itu datang setelah Seoul melaporkan 295 kasus baru Covid-19 pada Kamis (4/12). Hari itu, secara nasional Korsel mencatatkan 629 kasus baru virus corona.
Partai Demokrat yang berkuasa di Korsel telah meminta negara membeli jutaan dosis vaksin Covid-19 tambahan. Hal itu disampaikan setelah Negeri Ginseng menyaksikan peningkatan kasus virus corona.
Pemerintah Korsel sebenarnya telah berencana membeli dosis vaksin untuk memvaksinasi 30 juta orang atau sekitar 60 persen dari populasi. Namun anggota parlemen dari Partai Demokrat Lee Nak-yon mengatakan mereka akan menyediakan dana guna memenuhi kebutuhan vaksinasi 44 juta orang.
"Partai berencana mengalokasikan tambahan 1,3 triliun won untuk anggaran tahun depan," kata Lee kepada Reuters, dikutip laman Channel News Asia pada 30 November lalu.
Rencana pembelian vaksin oleh Pemerintah Korsel telah menempatkannya jauh di atas target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO memprioritaskan pembelian awak vaksin bagi 20 persen orang atau kalangan yang paling rentan terhadap virus corona.
Di bawah rencana saat ini, Korsel telah mengamankan sepertiga dari dosis yang dibutuhkan melalui fasilitas COVAX, platform alokasi vaksin Covid-19 internasional yang dipimpin bersama oleh WHO. Sementara sisa dosis dibeli dari perusahaan swasta.
Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korsel (KDCA) mengungkapkan mengamankan lebih banyak vaksin dari jenis yang berbeda perlu dilakukan. Sebab faktor keamanan mereka belum terjamin. KDCA menyebut mereka tidak akan memulai proses vaksinasi hingga kuartal kedua 2021.
Berdasarkan data Worldometers, sejauh ini Korsel telah mencatatkan 36.915 kasus Covid-19 dengan 540 kematian. Jumlah pasien pulih di negara tersebut tercatat sebanyak 28.917.