REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menyoroti kemajuan dalam krisis Teluk, menteri luar negeri Qatar pada Jumat (4/12) mengatakan solusi untuk krisis harus komprehensif, menjaga persatuan negara-negara Teluk.
Berbicara pada Forum Dialog Mediterania Roma, Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan tidak ada hubungannya antara krisis Teluk dan normalisasi hubungan Israel dengan beberapa negara Teluk.
"Krisis Teluk tidak ada hubungannya dengan Abraham Accords atau normalisasi apapun dengan Israel," kata Al Thani, menambahkan normalisasi dengan Israel saat ini tidak akan membawa keuntungan apapun bagi rakyat Palestina.
Dia menekankan solusi untuk krisis Teluk harus berdasarkan rasa saling menghormati. Pada Kamis (3/12), harian AS New York Times melaporkan bahwa Presiden AS Donald Trump ingin menyelesaikan krisis Teluk sebelum dia meninggalkan jabatannya pada Januari mendatang.
Pada Rabu, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani berbincang dengan penasihat senior presiden AS, Jared Kushner, dan membahas perkembangan regional di Timur Tengah.
Pada 2017, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan dengan Qatar dan memberlakukan blokade darat, laut dan udara terhadap negara itu atas tuduhan mendukung terorisme dan campur tangan dalam urusan internal mereka.
Qatar membantah tuduhan tersebut, dan telah menyuarakan keterbukaan terhadap dialog untuk mengakhiri kebuntuan.