REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Langkah-langkah ketat Covid-19, yang membantu Selandia Baru menekan angka infeksi mematikan, telah membuat komunitas petani negara itu kekurangan pekerja asing.
Menurut Radio New Zealand pada Senin, eksportir di sektor hortikultura sedang mengajukan permohonan agar pekerja asing diizinkan masuk ke negara itu.
"Tahun depan, 2.000 pemetik musiman akan tiba dari Pasifik pada Tahun Baru, tetapi industri mengatakan itu masih akan sangat sedikit dan banyak penduduk setempat tidak cocok untuk pekerjaan itu," tambah laporan tersebut.
Produsen apel organik terbesar di negara itu, Bostock New Zealand, telah menayangkan iklan untuk merekrut hampir 300 pekerja kebun apel, tapi hanya 55 orang yang berhasil direkrut pekerjaan.
"Ada banyak alasan mengapa orang Selandia Baru tidak cocok untuk pekerjaan itu: mereka tidak selamanya ada saat dibutuhkan, tidak cocok untuk pekerjaan itu, di bawah umur, tidak bisa berkomitmen pada pekerjaan, memiliki keluarga atau hewan peliharaan dan memiliki kewajiban yang tidak cocok di sekitar pekerjaan," kata perusahaan itu.
Selandia Baru memimpin perang global melawan Covid-19 dengan tidak memberlakukan batasan pada aktivitas bisnis normal di dalam negeri karena infeksi telah ditekan hingga jumlah yang sangat rendah baru-baru ini. Sejauh ini, negara kepulauan itu telah melaporkan 2.079 infeksi, termasuk 25 kematian, sejak wabah muncul pada Desember 2019.
Jika para pekerja tidak kembali tepat waktu, produsen hortikultura khawatir akan mengalami kerugian besar dan konsekuensi yang meluas. "Akan ada pengurangan dalam pengeluaran daerah dan investasi pada staf permanen baru atau peralatan modal akan turun," tambah perusahaan hortikultura itu.