REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Pembangunan Asia (ADB) meluncurkan pembiayaan untuk memperoleh vaksin atau Asia Pacific Vaccine Access Facility (APVAX) senilai 9 miliar dolar AS untuk dukungan yang cepat bagi negara berkembang guna penyediaan vaksin Covid-19 yang efektif dan aman.
"Negara-negara tersebut memerlukan pembiayaan agar dapat melakukan pengadaan vaksin, sekaligus perencanaan dan kemampuan teknis yang sesuai agar dapat menjalankan proses vaksinasi secara aman, adil, dan efisien," kata Presiden ADB Masatsugu Asakawa dalam pernyataan di Jakarta, Jumat (11/12).
Ia memastikan fasilitas itu akan membantu negara berkembang anggota ADB untuk vaksinasi warga sesegera mungkin agar pandemi dapat terkendali dan pemulihan ekonomi dapat berlangsung dengan cepat.
"APVAX akan berperan penting dalam membantu negara berkembang anggota ADB menghadapi beragam tantangan tersebut, mengatasi pandemi, dan berfokus pada pemulihan ekonomi," katanya.
Fasilitas APVAX memberikan kerangka menyeluruh dan plafon sumber daya guna mendukung akses vaksin bagi kawasan Asia dengan menggunakan dua komponen yang saling melengkapi yaitu respon cepat (rapid response component) dan investasi proyek (project investment component). Komponen respons cepat akan memberikan dukungan tepat waktu bagi diagnostik vaksin, pengadaan vaksin, dan transportasi vaksin dari tempat pembelian menuju negara berkembang anggota ADB.
Sedangkan, komponen investasi proyek akan mendukung investasi dalam berbagai sistem demi keberhasilan distribusi, penyampaian, dan administrasi vaksin, bersamaan dengan investasi terkait untuk peningkatan kapasitas, penjangkauan ke masyarakat, dan pengawasan. Komponen itu juga dapat mencakup bidang-bidang seperti penyimpanan dan transportasi rantai dingin, kendaraan, sarana distribusi, fasilitas pemrosesan, dan investasi fisik lainnya serta dapat digunakan untuk mengembangkan atau memperluas kapasitas manufaktur vaksin di negara tersebut.
Pembiayaan ADB untuk vaksin akan diberikan dalam koordinasi erat dengan mitra pembangunan lainnya, termasuk Bank Dunia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), COVID-19 Vaccines Global Access Facility (COVAX), GAVI, serta berbagai mitra bilateral dan multilateral lainnya. Vaksin yang dianggap layak untuk pembiayaan ini harus memenuhi salah satu dari tiga kriteria berikut, yaitu pengadaannya dilakukan melalui COVAX, memperoleh prakualifikasi dari WHO, atau memperoleh izin dari Otoritas Regulator yang ketat.
Kriteria akses tambahan antara lain adanya kajian kebutuhan vaksin, rencana alokasi vaksin oleh negara berkembang yang bersangkutan, dan mekanisme untuk koordinasi secara efektif di antara mitra pembangunan guna memastikan agar dukungan vaksin berdasarkan APVAX dapat dilaksanakan secara adil dan efektif.
Sebelumnya, ADB juga menyediakan fasilitas impor vaksin senilai 500 juta dolar AS guna mendukung upaya negara berkembang dalam memperoleh vaksin yang aman dan efektif, beserta berbagai barang penunjang distribusi dan inokulasi. Fasilitas ini adalah bagian dari Program Pembiayaan Perdagangan dan Pembiayaan Rantai Pasokan (Trade and Supply Chain Finance Program).
Jaminan AAA yang tersedia melalui fasilitas impor vaksin dari program tersebut akan memitigasi risiko pembayaran dan mempermudah impor barang. Jaminan ini menggunakan kriteria kelayakan yang sama untuk vaksin pada COVAX. Pembiayaan bersama dengan mitra sektor swasta dapat memperbesar fasilitas impor hingga mampu mendukung vaksin dan impor terkait senilai 1 miliar dolar AS dalam waktu setahun.