REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pemerintah India telah menyumbangkan dana sebesar dua juta dolar AS atau setara Rp 28,3 miliar (dengan kurs Rp14.150 per dolar AS) kepada Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Sumbangan itu diharapkan dapat membantu UNRWA mempertahankan layanannya di tengah krisis.
Perwakilan India untuk Negara Palestina Sunil Kumar mengatakan negaranya sangat mengapresiasi pekerjaan yang dilakukan UNRWA. "Atas nama Pemerintah India, saya ingin menyampaikan penghargaan yang tulus atas upaya luar biasa UNRWA," katanya dikutip laman Middle East Monitor pada Jumat (11/12).
Dia mengungkapkan India berkomitmen membantu misi UNRWA menyediakan kebutuhan dasar serta vital bagi pengungsi Palestina di Timur Tengah. "India akan terus mendukung kegiatan UNRWA dalam memberikan layanan vital dan bantuan kemanusiaan yang diperlukan pengungsi Palestina," ujarnya.
Menurut Kumar, dengan bantuan terbaru India telah menyumbangkan dana sebesar lima juta dolar AS untuk UNRWA. Juru bicara UNRWA Tamara Alrifai menyambut bantuan yang diberikan India.
"Kontribusi dermawan dalam mendukung pengungsi Palestina pada saat kritis ini sangat dihargai. Atas nama UNRWA, saya ingin berterima kasih kepada Pemerintah India atas pendanaannya yang berkelanjutan kepada UNRWA dan dukungannya terhadap pengungsi Palestina di Timur Tengah," kata Alrifai.
UNRWA menghadapi krisis finansial sejak Amerika Serikat (AS) menghentikan donor rutinnya untuk badan tersebut pada 2018. Washington merupakan penyumbang terbesar UNRWA dengan rata-rata kontribusi 300 juta dolar AS per tahun.
Pada Juli lalu Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengungkapkan saat ini badan yang dipimpinnya mengalami kesenjangan pendanaan sebesar 335 juta dolar AS. “Kami berada dalam kegelapan dan saya tidak tahu apakah kami akan dapat melanjutkan operasi UNRWA sampai akhir tahun ini,” kata dia dikutip laman kantor berita Palestina WAFA.
Lazzarini mengatakan selama lima tahun terakhir, kecuali pada 2018, UNRWA belum memiliki sumber daya yang memadai untuk memenuhi kebutuhan pengungsi Palestina. Padahal UNRWA telah melakukan efisiensi dan penghematan anggaran. Sejak 2015, UNRWA berhasil menghemat dana sebesar setengah miliar dolar AS atau rata-rata 100 juta dolar per tahun.
Meskipun melakukan penghematan dan efisiensi, UNRWA tetap mempertahankan layanan atau program inti untuk pengungsi Palestina. Hal itu pada akhirnya menimbulkan dampak tersendiri.
Menurut Lazzarini, tak mungkin lagi menjalankan organisasi seperti UNRWA yang memiliki hampir 30 ribu staf ketika arus kasnya sangat rendah dan sumber kontribusi tidak jelas. “Tahun demi tahun, bulan demi bulan, UNRWA berada di tepi kehancuran finansial. Ini tak dapat dilanjutkan,” ujarnya.