Jumat 18 Dec 2020 09:20 WIB

WHO Akhirnya ke Wuhan Selidiki Asal-Usul Virus Corona

Misi internasional yang dipimpin WHO dijadwalkan berangkat ke Wuhan, China.

Red:

Misi internasional yang dipimpin oleh badan kesehatan dunia WHO, dijadwalkan berangkat ke Wuhan, China, untuk menyelidiki asal-usul virus yang memicu pandemi COVID-19.

  • 12 hingga 15 pakar dari berbagai negara yang tergabung dalam tim WHO siap berangkat ke Wuhan
  • Tim ini akan menjalani karantina 2 minggu sebelum memulai penyelidikan
  • Virus yang mirip namun tidak menyebakan Covid-19 sebelumnya telah ditemukan pada seekor kelelawar

 

Amerika Serikat, yang menuduh China menyembunyikan penyebaran wabah ini, telah menyerukan penyelidikan transparan yang dipimpin WHO namun tidak setuju bila penyelidikan pendahuluan dilakukan oleh para ilmuwan China sendiri.

China melaporkan kasus pertama "pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya" di Wuhan kepada WHO pada 31 Desember 2019. Aparat setempat juga menutup pasar yang diperkirakan sebagai tempat munculnya virus corona pertama kali.

Menteri Kesehatan China pada bulan Mei lalu telah meminta WHO untuk mengidentifikasi sumber virus dan bagaimana virus ini berpindah ke manusia.

Menjelang setahun setelah virus ini menyebar ke seluruh dunia, 12 hingga 15 pakar yang tergabung dalam tim WHO bersiap pergi ke Wuhan untuk memeriksa bukti-bukti, termasuk sampel manusia dan hewan yang dikumpulkan oleh tim peneliti China, dan untuk mengembangkan penelitian awal mereka.

Salah satu anggota tim dari Denmark, Thea Fischer, menjelaskan tim ini akan berangkat "tepat setelah Tahun Baru" untuk sebuah misi selama enam minggu, termasuk dua minggu untuk karantina pada saat kedatangan.

"Fase pertama seharusnya sudah selesai sekarang sesuai dengan kerangka acuan. KIta seharusnya sudah mendapatkan sejumlah hasil," jelasnya.

"Jika hal itu kami peroleh saat tiba di China, tentu saja akan sangat bagus. Artinya kita sudah berada di fase kedua (penyelidikan)," kata Thea.

Seorang diplomat Barat mengatakan tim ini diperkirakan berangkat pada awal Januari, menjelang pertemuan dewan eksekutif WHO pada 18 Januari. Ia menambahkan, "Ada tekanan kuat terhadap China dan WHO."

Jarum di tumpukan jerami

 

Secara terpisah, Keith Hamilton dari Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan, mengatakan virus yang mirip namun tidak identik telah diidentifikasi pada kelelawar.

Hal ini, katanya, menunjukkan bahwa virus ditularkan pertama kali ke hewan, atau inang perantara, sebelum menginfeksi manusia.

"Melakukan pemantauan terhadap hewan itu sulit, sama seperti mencari jarum di tumpukan jerami," ujar Keith.

Bulan lalu Peter Ben Embarek, pakar penyakit hewan pada WHO, mengatakan misi tim WHO tersebut bermaksud mewawancarai para pekerja pasar di Wuhan untuk mengetahui bagaimana mereka terinfeksi virus corona.

"Tidak ada indikasi yang menunjukkan bahwa virus ini adalah buatan manusia," kata Peter.

 

Laporan-laporan media pemerintah China sebelumnya menyebarkan tudingan bahwa virus ini sudah ada di negara lain sebelum ditemukan di Wuhan.

Tudingan ini mengutip fakta bahwa virus corona ditemukan pada kemasan makanan beku yang diimpor dari luar China. Juga dengan mengutip makalah ilmiah yang mengklaim virus itu telah beredar di Eropa tahun lalu.

Sejumlah negara Barat telah menyatakan keprihatinan mereka atas keterlambatan pengiriman tim pakar internasional ke Wuhan.

Seorang diplomat menyebut tidak adanya transparansi di saat pakar WHO tidak berada di lapangan untuk berbicara dengan dokter dan peneliti atau memeriksa sampel laboratorium.

Namun seorang diplomat lainnya menilai misi WHO ini sudah berada di jalur yang tepat, serta WHO harus menerima persyaratan yang diajukan Pemerintah China untuk mendapatkan akses ke Wuhan.

 

ABC/Reuters

Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim. Ikuti berita seputar pandemi Covid-19 di ABC Indonesia.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement