REPUBLIKA.CO.ID,LONDON - - Negara-negara Eropa mulai menutup pintu bagi para pengunjung dari Inggris pada Ahad (20/12). Beberapa larangan masuk untuk pesawat dan kereta api diberlakukan karena kekhawatiran tentang jenis virus corona baru yang menyebar dengan cepat ke seluruh negeri.
“Ini (mutasi virus) belum teridentifikasi di Jerman. Tapi tentu saja kami menanggapi laporan dari Inggris dengan sangat serius," Menteri Kesehatan, Jens Spahn mengatakan kepada penyiar ISPA.
Perdana Menteri Belgia, Alexander de Croo, mengatakan larangan perjalanan masuk dari Inggris mencakup layanan Eurostar melalui Terowongan Channel dan akan berlaku setidaknya selama 24 jam. Keputusan ini akan mulai berlaku tengah malam pada Ahad.
Perintah Italia memblokir semua penerbangan yang berangkat dari Inggris. Negara ini melarang siapa pun yang telah transit melalui Italia dalam 14 hari terakhir.
Belanda melarang penerbangan yang membawa penumpang dari Inggris mulai Ahad. Pemerintah menyatakan, pembatasan ini akan tetap berlaku hingga 1 Januari.
Kementerian Kesehatan Austria mengumumkan, pemerintahannya juga berencana melarang penerbangan dari Inggris. Swedia mengatakan sedang mempersiapkan keputusan untuk melarang masuk dari Inggris. Rumania, Lituania, Latvia, Estonia, Bulgaria, dan Republik Ceko juga mengumumkan rencana untuk melarang penerbangan dari Inggris Raya.
Di sisi lain, ribuan pengunjung berusa mendapatkan tiket terakhir di stasiun Internasional St. Pancras London, terminal untuk Eurostar. “Kami mendapat dua tiket terakhir untuk hari ini,” kata seorang Prancis bernama Leny.
“Kami masing-masing punya tiket untuk Senin dan Selasa. Tetapi mengingat situasi dan apa yang terjadi, kami tidak ingin mengambil risiko apa pun. Dan kami adalah orang terakhir yang dapat melakukannya," kata Leny.
Varian baru di Inggris telah menambah putaran pertempuran melawan virus korona yang dilancarkan banyak negara di Eropa. Jumlah kasus virus korona di Inggris melonjak 35.928 pada Ahad, kenaikan harian tertinggi sejak dimulainya pandemi, dan mencatat 326 kematian, menjadikan jumlah resmi lebih dari 67.000.