REPUBLIKA.CO.ID, MUSCAT -- Beberapa negara Teluk telah memutuskan menutup perbatasannya. Hal itu dilakukan merespons ditemukannya varian baru SARS-Cov-2 penyebab Covid-19.
Dilaporkan laman Al Arabiya, Oman memutuskan menutup perbatasan darat, laut, dan udaranya pada Selasa (22/12) pukul 01.00 pagi waktu setempat. Dalam pengumuman yang disiarkan di televisi pemerintah, tak dijelaskan sampai kapan penutupan bakal berlangsung.
Direktur Departemen Pengendalian Penyakit Menular di Kementerian Kesehatan Oman Badr bin Said al-Rawahi mengungkapkan negaranya akan menerima paket pertama vaksin Covid-19 produksi Pfizer-BioNTech pada 30 Desember. Ia berharap proses vaksinasi dapat segera dimulai.
Kuwait menangguhkan semua penerbangan internasional dan menutup perbatasan darat serta lautnya pada Senin (21/12), terhitung sejak pukul 23:00 waktu setempat. Penutupan bakal berlangsung hingga 1 Januari.
Arab Saudi lebih dulu menangguhkan semua penerbangan komersial internasional dan menutup perbatasan laut serta daratnya selama sepekan pada Ahad (20/12). Penangguhan dapat diperpanjang pada pekan berikutnya. Semua langkah itu diambil berdasarkan rekomendasi Kementerian Kesehatan Arab Saudi.
Sementara itu, warga yang baru saja tiba dari negara-negara Uni Eropa atau negara mana pun yang telah mendeteksi varian baru virus corona harus mengisolasi diri selama dua pekan. Individu terkait harus menjalani tes Covid-19 selama menjalani isolasi. Tes wajib diulang setiap lima hari.
Varian baru SARS-Cov-2 penyebab Covid-19 ditemukan di Inggris. Ia diberi nama VUI202012/01. VUI adalah singkatan dari Variant Under Investigation. Varian baru dari virus tersebut dilaporkan lebih mudah dan cepat menyebar. Namun belum ada hasil riset yang dapat menentukan apakah virus itu dapat memicu penyakit lebih parah.
Selain di Inggris, sembilan kasus varian baru SARS-Cov-2 ditemukan di Denmark, satu kasus di Belanda dan Australia. Saat ini, ada lebih dari 40 negara yang memutuskan melarang penerbangan dari dan ke Inggris.