Rabu 23 Dec 2020 05:26 WIB

BioNTech: Vaksin Tetap Efektif untuk Varian Baru Corona

BioNTech menyebut protein varian virus itu 99 persen sama dengan strain vaksin.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
 Seorang anggota staf medis menyiapkan vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19, di Rumah Sakit Ichilov di Tel Aviv, Israel, Minggu, 20 Desember 2020.
Foto: AP Photo/Ariel Schalit
Seorang anggota staf medis menyiapkan vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19, di Rumah Sakit Ichilov di Tel Aviv, Israel, Minggu, 20 Desember 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Kepala eksekutif perusahaan farmasi BioNTech, Jerman Ugur Sahin meyakini vaksin COVID-19 tetap efektif melawan varian baru dari virus yang ditemukan di Inggris dalam beberapa waktu terakhir. Meski demikian, ia menggarisbawahi bahwa studi lebih lanjut diperlukan untuk memastikan hal itu sepenuhnya.

“Kami belum mengetahui saat ini apakah vaksin mampu memberikan perlindungan terhadap varian baru ini, tetapi protein pada varian virus itu 99 persen sama dengan strain yang dimiliki vaksin,” ujar Sahin, dilansir Irish Examiner, Selasa (22/12).

Baca Juga

Sahin mengatakan BioNTech saat ini sedang melakukan studi lebih lanjut dan berharap mendapat kepastian dalam beberapa pekan mendatang. Perusahaan farmasi Jerman itu mengembangkan vaksin COVID-19 bersama dengan Pfizer dari Amerika Serikat (AS).

Saat ini, vaksin COVID-19 dari Pfizer dan BioNTech telah diizinkan untuk digunakan di lebih dari 45 negara. Termasuk diantaranya adalah Inggris, AS, dan negara-negara Uni Eropa.

Sebelumnya, dilaporkan varian baru dari virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) tampaknya telah menyebar dengan cepat di Inggris. Hal ini mulai menjadi kekhawatiran secara luas, dengan banyak negara lain yang mempertimbangkan larangan perjalanan dari Inggris.

Varian tersebut pertama kali terdeteksi di Inggris pada September. Pada November, strain baru SARS-CoV-2 ini dianggap bertanggung jawab atas sekitar seperempat kasus COVID-19 terbaru di London, dan pada pertengahan Desember terkait atas hampir dua pertiga kasus.

Varian serupa ditemukan di Afrika Selatan dan saat ini menyumbang 80 hingga 90 persen kasus baru di wilayah negara itu. Sejauh ini, varian tersebut tampaknya tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah atau mematikan dibandingkan varian lainnya.

Varian baru memiliki 17 perubahan genetik baru dibandingkan dengan varian sebelumnya, termasuk beberapa mutasi pada protein lonjakan yang terkenal, yang memungkinkan virus untuk mengikat reseptor ACE2 dan menginfeksi sel manusia.

Secara teori, mutasi semacam itu memungkinkan virus menyebar lebih mudah. Sebagai contoh, salah satu mutasi di apa yang disebut domain pengikat reseptor, situs tempat virus pertama kali berkumpul dengan sel manusia. Ini mungkin membuat virus menempel, atau memungkinkannya untuk mengikat lebih erat ke sel manusia.

Namun, mutasi tidak mungkin akan membuat vaksin COVID-19 menjadi kurang efektif. Hal ini dipastikan karena dua vaksin yang sudah disetujui saat ini mampu mendorong sistem kekebalan untuk membuat antibodi ke sejumlah situs di virus corona jenis baru. Karena itu, meski mutasi berkembang di satu tempat, masih ada antibodi yang menargetkan situs lain.

photo
Bagaimana virus corona bermutasi? - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement