REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - - Pemerintah Inggris pada Rabu (23/12) mengatakan sebagian besar wilayah Inggris akan ditempatkan di bawah pembatasan Covid-19 paling ketat. Keputusan ini karena varian virus corona yang sangat menular menyapu negara itu, mendorong jumlah kasus ke tingkat rekor.
“Dengan latar belakang meningkatnya infeksi, meningkatnya rawat inap dan meningkatnya jumlah orang yang meninggal akibat virus korona, sangat penting bagi kami untuk bertindak,” kata Menteri Kesehatan, Matt Hancock.
Inggris melaporkan hampir 40.000 infeksi baru karena varian virus korona yang bermutasi. Jenis ini dapat ditularkan hingga 70 persen lebih tinggi daripada aslinya sehingga menyebabkan jumlah kasus dan penerimaan rumah sakit melonjak. Jumlah kematian yang tercatat 744 jiwa per hari yang merupakan angka tertinggi sejak April.
"Kita tidak bisa mendapatkan jenis Natal yang kita semua dambakan," kata Hancock.
Pada Sabtu (19/12), langkah-langkah pembatasan pencampuran sosial yang ketat diberlakukan untuk London, Inggris tenggara, dan Wales. Sementara rencana untuk mengurangi pembatasan selama Natal di seluruh negara secara dramatis dikurangi atau dibatalkan sama sekali.
Hancock mengatakan, mulai 26 Desember, banyak lagi bagian selatan Inggris akan ditambahkan ke tingkat tertinggi dari pembatasan pencampuran sosial, bergabung dengan 16 juta yang sudah ada di Tingkat 4. Sementara daerah lain di seluruh negeri yang saat ini berada di tingkat yang lebih rendah juga akan menghadapi lebih ketat. pembatasan.
Pemerintah di Skotlandia dan Irlandia Utara telah mengumumkan bahwa hampir setiap orang yang tinggal di negara-negara tersebut akan dikenakan pembatasan tingkat tertinggi setelah Natal. Hancock mengatakan ada rata-rata 1909 pasien masuk rumah sakit karena Covid-19 setiap hari.
Sebanyak 18.943 orang saat ini dirawat di rumah sakit karena virus korona. Kondisi ini berada ditingkat yang tidak terlihat sejak puncak wabah pertama pada April.