Rabu kemarin (23/12), peneliti Brasil mengatakan tingkat kemanjuran vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech China lebih dari 50 persen berdasarkan data uji klinis.
Tapi mereka menambahkan jika hasil lengkapnya belum dilaporkan karena permintaan perusahaan, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang transparansi vaksin buatan Sinovac ini.
Brasil adalah negara pertama yang menyelesaikan uji coba tahap akhir vaksin buatan Sinovac, yang disebut CoronaVac, tetapi peluncuran hasilnya, yang semula ditetapkan pada awal Desember, sudah tiga kali ditunda.
Penundaan terbaru ini menjadi pukulan bagi China, yang sedang berlomba untuk mengejar ketertinggalan dari produsen-produsen obat Barat, sekaligus menambah kritik jika pembuat vaksin China kurang transparan.
Hal ini juga kemungkinan akan meningkatkan skeptisisme terhadap vaksin China di Brasil.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro, yang dikenal meragukan vaksin virus corona, mengatakan dia tidak akan disuntik vaksin COVID-19 dan berulang kali mempertanyakan vaksin China berdasarkan "asal-usulnya".
Sebuah jajak pendapat awal bulan Desember kemarin menunjukkan setengah dari warga Brasil sekarang menolaknya.
Pejabat dari Institut Butantan yang dijalankan oleh pemerintah negara bagian Sao Paulo menolak untuk memperinci tingkat kemanjuran dari uji coba klinis yang mereka pimpin dengan melibatkan 13.000 sukarelawan, dengan alasan kewajiban kontrak dengan Sinovac.
Namun mereka mengatakan vaksin itu cukup efektif melawan virus corona sehingga disetujui untuk penggunaan darurat di Brasil.