REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat akan membuka pos diplomatik "virtual" di Sahara Barat menjelang pembukaan konsulat di sana.
Langkah itu, dilakukan setelah AS mengakui kedaulatan Maroko atas wilayah yang disengketakan awal bulan ini. Hal itu sebagai kompensasi atas langkah Maroko yang mau melakukan normalisasi dengan Israel.
“Senang mengumumkan awal dari proses untuk mendirikan konsulat AS di Sahara Barat,” ujar Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam kicauannya dikutip dari Times of Israel, Jumat (25/12).
Dia menegaskan, langkah peresmian itu akan segera berlaku. Seraya menyatakan jika konsulat lainnya akan segera berfungsi penuh beberapa waktu ke depannya. “Pos kehadiran virtual ini akan dikelola oleh Kedutaan Besar AS di Rabat, dengan fokus pada mempromosikan pembangunan ekonomi dan sosial," kata Pompeo. Ia tak memberikan jadwal waktu pembukaan konsulat.
Menurutnya, AS akan terus mendukung negosiasi politik dalam menyelesaikan masalah antara Maroko dan Polisario yang selama ini juga mengklaim Sahara Barat.
Sejauh ini, Maroko memang diketahui menjadi negara Arab ketiga yang menormalisasi hubungan dengan Israel dalam perjanjian yang ditengahi AS dalam beberapa bulan terakhir, setelah Uni Emirat Arab dan Bahrain. Sudan, juga telah mengumumkan rencana untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, meskipun belum ada perjanjian resmi yang ditandatangani.