REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan mencatat pertambahan kasus Covid-19 harian tertinggi kedua pada Sabtu. Hal ini seiring dengan peningkatan kasus di sebuah penjara, panti jompo, hingga gereja. Otoritas terkait harus meminta masyarakat menunda semua pertemuan pada akhir tahun.
Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (KDCA) melaporkan sebanyak 1.132 kasus Covid-19 baru terjadi pada Jumat (25/12), tidak jauh di bawah sehari sebelumnya, yaitu sebanyak 1.241 kasus. Dengan demikian total kasus Covid-19 menjadi 54.770, dengan 773 kematian.
Klaster terbesar saat ini adalah sebuah penjara di Seoul bagian timur. Di penjara itu, 514 tahanan dan pegawai telah terinfeksi. Otoritas kesehatan melakukan tes deteksi pada semua orang di sana.
Seorang pejabat kesehatan menyebut bahwa virus cenderung menyebar dengan mudah karena penjara itu terdiri dari lima unit gedung tinggi dan mengalami kelebihan kapasitas. "Virus ini menyebar kapan saja dan kemana saja dia mau," kata Menteri Kesehatan Kwon Deok-cheol dalam pertemuan antarlembaga.
Ia menambahkan bahwa banyak juga yang terinfeksi dalam pertemuan kecil bersama teman atau kenalan. "Selagi kita berada di persimpangan jalan ke gelombang ketiga, bagaimana kita dapat menghentikan penyebaran (virus) tergantung pada bagaimana kita menjalani masa akhir tahun dan tahun baru ini," kata Kwon.
Pemerintah akan menggelar rapat pada Ahad (27/12) untuk membahas apakah mereka perlu memperketat aturan pembatasan jarak ke level paling tinggi untuk wilayah Ibu Kota Seoul dan sekitarnya.
Dengan level tertinggi, sekitar 1,2 juta toko akan tutup dan hanya pegawai di sektor esensial yang diizinkan berangkat bekerja ke kantor.
Saat ini, pembatasan dilakukan dengan menutup kelab malam, tempat karaoke, dan pusat hiburan malam lainnya, serta melarang makan di tempat setelah pukul 21.00.
Menjelang liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah telah melarang pertemuan lebih dari empat orang di wilayah Seoul dan sekitarnya, juga menutup resor ski dan tempat wisata.