REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kepala eksekutif AstraZeneca, Pascal Soriot meyakini suntikan vaksin buatan mereka akan efektif melawan varian baru Covid-19 yang pertama kali ditemukan di Inggris. Namun, Soriot mengatakan lebih banyak tes tetap diperlukan untuk memastikannya.
Soriot memuji penemuan apa yang disebut sebagai "formula kemenangan" untuk meningkatkan kemanjuran vaksin. Spanyol, Swedia, dan Kanada masuk daftar negara yang melaporkan kasus varian yang lebih menular.
"Sejauh ini, kami pikir vaksin harus tetap efektif. Tapi kami tidak yakin, jadi kami akan mengujinya," kata Soriot dilansir dari the Guardian pada Ahad (27/12).
Pemerintah Inggris memesan 100 juta dosis vaksin Oxford/AstraZeneca, dengan sekitar 40 juta akan tersedia pada akhir Maret. Vaksin tersebut dapat diluncurkan secara massal mulai 4 Januari.
"Regulator obat-obatan sedang meninjau data akhir dari uji klinis fase tiga Universitas Oxford/AstraZeneca untuk menentukan apakah vaksin tersebut memenuhi standar kualitas, keamanan, dan keefektifan yang ketat,” kata juru bicara pemerintah Inggris yang tak disebutkan namanya.
Soriot menyebut ada beberapa kekhawatiran vaksinnya mungkin tidak sebaik mencegah penyakit simptomatik seperti vaksin lain yang Pfizer sudah didistribusikan.
"Saya tidak dapat memberitahu Anda lebih banyak karena kami akan menerbitkannya suatu saat nanti," kata Jubir pemerintah itu.
Dari angka yang sudah dirilis menunjukkan keefektifan AstraZeneca hingga 90 persen pada mereka yang diberi setengah dosis diikuti dengan dosis penuh. Namun, ada publikasi AstraZeneca tentang hasil yang tidak terduga, dan penghentian sementara uji coba, menyebabkan kekhawatiran Badan Pengawas Obat dan Makanan AS yang menyetujui vaksin.