REPUBLIKA.CO.ID, AFGHANISTAN -- Kunjungan rombongan misi perdamaian Indonesia yang di pimpin Jusuf Kalla ke Afghanistan memasuki hari ketiga. Dalam kegiatannya di hari ketiga ini, Rektor Institut Agama Islam Tazkia Murniati Mukhlisin menyampaikan beberapa poin kepada Ulama Wanita Afghanistan.
Pertama, kata Murniati dalam keterangannya yang disampaikan kepada Republika.co.id, Senin (28/12), berbagi tentang pengalaman peranan wanita saat proses perdamaian di Aceh. Kata dia, kongres wanita Aceh dalam proses perdamaian dihadiri oleh 437 wanita diadakan pada bulan Februari 2000.
"Kongres yang mengusung tema perempuan dan perdamaian 'Krue Seumangat Ureung Inong Aceh Bak Duek Pakat Keu Aceh yang Aman, Damai ngon Ade' (Semangat bagi Perempuan Aceh yang Duduk Bersama untuk Aceh yang Aman, Damai dan Adil) dikenal sebagai Duek Pakat Inong Aceh (Kongres Perempuan Aceh Pertama)," ujarnya.
Kedua, menganalisa terjadinya proses perdamaian (Peace Making) di Aceh pada tahun 2005, yang sebelumnya terjadi Tsunami tahun 2004. Akhirnya setelah 30 tahun konflik, dengan izin Allah SWT (melalui salah satu ujian yang didatangkan yaitu Tsunami yang menelan nyawa 230 ribu orang) telah membawa hati-hati bersatu.
"Allah SWT juga menggerakkan Jusuf Kalla yang pada waktu itu menjabat Wakil Presiden RI membantu mulusnya proses perdamaian," katanya.
Ketiga, Afghanistan yang sudah melalui 40 tahun masa konflik, diterpa Covid-19 dengan 51 ribu lebih kasus menduduki peringkat negara ke-90 terpapar Covid-19 terbanyak di dunia dari 40 juta penduduknya. Semoga hati-hati rakyat Afghanistan bersatu, menghadapi Covid-19 dan juga bersatu untuk perdamaian yang berkelangsungan (sustainable peace).
Keempat, kata Murniati, memberikan semangat bahwa bantuan Allah SWT untuk mendatangkan perdamaian adalah dekat. "Mataa nashrullah? Alaa, inna nahsrullahi qoriib (QS Al-Baqarah (2): 214)," katanya mengutip salah satu ayat Alquran.
Kelima, peace making dan peace keeping penting, juga peace building yaitu proses dimana perdamaian yang ada dijaga dan dilestarikan dengan program-program terukur. Hal ini diperlukan untuk menghindari potensi konflik yang baru.
"Keenam, beberapa program kerja sama Afghanistan-Indonesia yang dapat dijalankan adalah pengiriman anak-anak ke sekolah Islam atau pondok pesantren modern dan mahasiswa ke kampus Islam atas beasiswa instansi di Indonesia," kata Murniati.
Dalam hal pemberdayaan wanita, kata dia, dapat juga dilakukan bagi pengusaha UMKM dan pemberdaya masyarakat untuk mengikuti pelatihan di Indonesia guna mendalami sektor-sektor industri halal dan keuangan mikro syariah berbasis teknologi.
Dan ketujug, ujar Murniati, pihaknya sempat mengenalkan manajemen keuangan keluarga syariah dengan buku Sakinah Finance dan 7 Prinsip Pendapatan. Sayangnya mereka tidak paham untuk baca tuntas karena berbahasa Indonesia.
"Semoga suatu hari buku-buku seri Sakinah Finance dapat diterjemahkan ke bahasa Pashto. Isi buku ini cukup penting yaitu untuk praktik keuangan syariah dalam kehidupan sehari-hari," ucap pendiri Sakinah Finance ini.
Dikatakan Murniati, yang memotivasi delegasi untuk misi perdamaian ke Afghanistan ini adalah seruan ayat berikut. "Innamal mu’minuuna ikhwatun, faashlihuu bayna akhowaykum. Wattaqullaha, la’allakum turhamuun (QS Al-Hujurat (49): 10."
Semua Muslim adalah bersaudara, nyatanya 99,9 persen rakyat Afghanistan adalah Muslim, maka jika ada perselisihan, damaikan. "Semoga kita adalah golongan yang bertakwa yang akan Allah SWT limpahkan rahmatNya. Mari kita dukung dan doakan agar perdamaian segera hadir di negara saudara-saudara kita di sana," ujarnya.