REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Varian virus corona baru seperti yang muncul di Inggris diprediksi telah ada di AS sejak Oktober 2020. Varian ini sangat menular dan mungkin sudah tersebar luas setelah analisis lebih dari 2 juta tes.
Pengurutan genom untuk mengkonfirmasi apakah varian yang diamati di Amerika sama dengan varian B117 di Inggris saat ini sedang berlangsung. Hasil penelitian diharapkan telah terungkap dalam beberapa hari dan mengungkap dari mana virus itu berasal.
Hal ini termasuk kemungkinan kecil bahwa virus itu dimulai di AS, bukan Inggris, atau di tempat lain sama sekali. Dilansir dari The Guardian, Jumat (1/1), varian baru tersebut juga telah ditemukan di setidaknya 17 negara, termasuk Korea Selatan, Spanyol, Australia, dan Kanada.
“Sama sekali tidak mengherankan jika setidaknya beberapa kasus baru ini adalah B117. Mungkin sudah lama berada di sini pada tingkat yang rendah," kata Kepala Scripps Research Translational Institute di La Jolla, California, Eric Topol.
Sebelumnya, keberadaan varian Sars CoV-2 yang baru diumumkan oleh Sekretaris Kesehatan Inggris pada 14 Desember. Hal itu diberitakan setelah laboratorium pengujian Covid-19 melaporkan bahwa semakin banyak sampel positif mereka kehilangan sinyal dari salah satu dari tiga gen PCR mereka.
Pengurutan lebih lanjut mengungkapkan bahwa hilangnya gen S tersebut adalah hasil mutasi pada gen yang mengkode protein lonjakan yang digunakan virus untuk masuk ke sel manusia. Varian tersebut diperkirakan sudah beredar di Inggris sejak September.
Berita tentang varian baru virus Covid-19 telah menyebabkan beberapa negara membatasi perjalanan dari Inggris. Bahkan, dalam kasus AS, mengharuskan pelancong untuk menunjukkan bukti tes Covid-19 negatif agar diizinkan masuk ke negara itu. Namun, virus itu telah terdeteksi pekan ini di Colorado dan California, dan diduga sudah tersebar luas.
Untuk menyelidikinya, para ilmuwan di perusahaan pengujian DNA yang berbasis di California, Helix, memeriksa prevalensi putusnya gen S di antara 2 juta tes Covid yang telah diproses perusahaan dalam beberapa bulan terakhir. Sementara, Amerika telah gagal mencapai target yang ditetapkan oleh pemerintah sendiri untuk jumlah orang yang diharapkan akan divaksinasi pada akhir tahun 2020.
Ahli penyakit menular AS, Anthony Fauci, pada Kamis meminta pemerintah federal untuk mengerahkan lebih banyak sumber daya untuk memvaksinasi warga. “Kami ingin melihatnya berjalan lancar dan memiliki dosis 20 juta pada akhir tahun 2020, yang merupakan target. Namun, jelas itu tidak terjadi, dan itu mengecewakan," kata Fauci.
Lebih dari 14 juta dosis vaksin telah didistribusikan di AS pada akhir Desember. Namun, hanya 2,1 juta orang yang telah divaksinasi.