REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pemerintah mengumumkan, para ahli di regulator obat India telah merekomendasikan untuk penggunaan darurat dua vaksin virus corona, mengutip reuters, Ahad (3/1). Satu dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford dan yang lainnya didukung oleh lembaga yang dikelola negara.
Vaksin COVAXIN telah dikembangkan secara lokal oleh Bharat Biotech dan Dewan Riset Medis India yang dikelola pemerintah. Mengutip sumber terdekat, bahwa suntikan itu dapat disetujui, meskipun hanya sedikit yang diketahui tentang hasil uji klinisnya.
Sedangkan untuk vaksin AstraZeneca-Oxford, persetujuannya tunduk pada beberapa persyaratan peraturan. Hanya saja pemerintah tidak menjelaskan rincian persyaratan aturan yang ditetapkan.
"Pemberian izin untuk penggunaan terbatas dalam situasi darurat untuk kepentingan publik sebagai tindakan pencegahan yang berlimpah, dalam mode uji klinis, khususnya dalam konteks infeksi oleh strain mutan,” ujar pemerintah mengutip rekomendasi para ahli untuk COVAXIN, mengacu pada strain baru dari virus pertama kali terdeteksi di Inggris.
Keputusan akhir pada dua vaksin, menurut pemerintah, akan dibuat oleh kepala Organisasi Pengendalian Standar Obat Pusat (CDSCO) pada Ahad (3/1). Proses persetujuan akhir diharapkan bisa menjadi formalitas mengingat urgensi vaksin di negara dengan jumlah infeksi Covid-19 tertinggi di dunia setelah Amerika Serikat.
Menteri Informasi dan Penyiaran, Prakash Javadekar, mengatakan sebelumnya bahwa dua vaksin lain sedang menunggu untuk disetujui, yaitu ZyCoV-D Zydus Cadila dan Sputnik V Rusia. “India mungkin satu-satunya negara di mana empat vaksin sedang disiapkan,” katanya.
"Satu disetujui kemarin untuk penggunaan darurat, Serum's COVISHIELD," ujar Javadekar mengacu pada fakta bahwa suntikan AstraZeneca-Oxford dilakukan secara lokal oleh Serum Institute of India (SII).
CDSCO diharapkan akan mengumumkan dosis dan rincian lain tentang suntikan. SII telah diterapkan untuk dua rezim dosis penuh dengan jarak sekitar 28 hari.
Vaksin AstraZeneca-Oxford lebih murah dan lebih mudah digunakan daripada beberapa suntikan saingan, seperti Pfizer Inc. Namun, vaksin ini diganggu oleh ketidakpastian tentang dosis yang paling efektif sejak data yang diterbitkan pada November. Laporan ini menunjukkan dosis setengah diikuti dengan dosis penuh memiliki tingkat keberhasilan 90 persen, sementara dua suntikan penuh efektif 62 persen.
India telah melaporkan lebih dari 10,3 juta kasus Covid-19 dan sekitar 150.000 kematian, meskipun tingkat infeksinya telah turun secara signifikan dari puncak pertengahan September. Negara itu berharap dapat menginokulasi 300 juta dari 1,35 miliar penduduknya dalam enam hingga delapan bulan pertama tahun ini.