REPUBLIKA.CO.ID, COX BAZAR -- Di dalam sebuah bangunan bambu, sekumpulan anak-anak berhimpitan memandang karakter berbulu yang tak pernah mereka lihat sebelumnya. Sebagian besar anak-anak Rohingya yang tinggal di permukiman pengungsian terbesar di dunia tidak pernah menonton televisi.
Kini dengan bantuan proyektor tenaga baterai mereka dapat tertawa bersama karakter Sesame Street, Elmo. Sesame Street akan menjadi bagian penting anak-anak Rohingya di pemukiman Cox Bazar yang menampung lebih dari 1 juta pengungsi yang melarikan diri dari kekerasan etnik di Myanmar.
Sesame Workshop merilis karakter anak Rohingya pertama mereka yang diberi nama Noor Yasmin dan Aziz. Proyek yang dikerjakan selama satu tahun lebih ini bagian dari inovasi pendidikan di pemukiman pengungsian tersebut yang totalnya senilai 200 juta dolar AS.
"Bila kami dapat membantu anak-anak ini mulai dengan awal yang benar, di mana mereka bisa maju, lalu mereka memiliki begitu banyak kesempatan sukses," kata presiden dampak sosial Sesame Workshop, Sherrie Westin pada NBC News, pertengahan Desember lalu.
Westin yakin tanpa intervensi masif dari Sesame Street dan mitra, anak-anak Rohingya terancam tumbuh tanpa bisa membaca, menulis dan matematika dasar. "Banyak dari anak-anak ini mengalami horor yang tak terbayangkan," kata Westin.
"Saat ini Anda memiliki neurosains yang dapat menunjukkan pengalaman traumatik dan stres berkepanjangan melemahkan perkembangan otak anak-anak, bagi kami menjangkau anak-anak sejak dini sangat penting, tapi terutama anak-anak yang mengalami trauma, peran kami dapat signifikan," tambahnya.