REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Dua mantan kepala badan intelijen Israel (Mossad) mengatakan Iran telah gagal membalas pembunuhan Qassem Soleimani pada 2020. Soleimani adalah mantan ketua Pasukan Quds yang tewas dibunuh Amerika Serikat (AS) pada awal tahun lalu.
Mantan direktur Mossad periode 1989-1996 Shabtai Shavit mengatakan, 2020 merupakan tahun yang memberi pukulan ganda terhadap Iran. Selain Soleimani, Iran pun harus kehilangan kepala program nuklir Mohsen Fakhrizadeh. Dia terbunuh dalam baku tembak di Teheran pada November tahun lalu.
Shavit mengatakan, saat ini Pasukan Quds dipimpin Esmail Ghaani. Namun dia menilai jika dibandingkan dengan Soleimani, Ghaani masih tertinggal level, termasuk dalam kemampuan manajerial.
Shavit mengungkapkan meskipun hingga kini Iran belum berhasil membalas kematian Soleimani, tapi Teheran bakal menemukan jalan dan waktu yang tepat. "Kita harus memperhitungkan bahwa mereka akan merespons. Mereka akan menunggu kesempatan untuk menyerang target berkualitas tinggi," katanya saat diwawancara Jerusalem Post, Ahad (3/1).
Mantan direktur Mossad periode 1996-1998 Danny Yatom mengatakan pembunuhan Soleimani adalah salah satu nilai strategis yang sangat mengesankan, mencakup seluruh bidang dengan Iran.
Menurutnya, Soleimani lebih dari sekadar pemimpin Pasukan Quds. "Dia lebih penting daripada komandan Garda Revolusi Iran yang seharunya adalah komandannya. Dia sangat dekat dengan pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei," kata Yatom.