REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha mendesak warganya tetap di rumah guna mencegah lonjakan kasus Covid-19. Hal itu pun bertujuan agar negara tersebut tak menerapkan karantina wilayah yang ketat.
Prayuth mengatakan pemerintahannya menyadari dampak yang ditimbulkan secara ekonomi jika kebijakan karantina ketat diterapkan. "Kami tidak ingin mengunci seluruh negeri karena kami tahu apa masalahnya, oleh karena itu, bisakah Anda mengunci diri sendiri?" katanya pada Senin (4/1).
Dia menyerahkan masalah itu pada warganya. "Ini terserah semua orang. Jika kita tidak ingin terinfeksi, tinggallah di rumah selama 14 atau 15 hari. Jika Anda berpikir seperti ini maka semuanya akan aman, lebih mudah untuk pemeriksaan," ujar Prayuth.
Pemerintahan Thailand telah mendeklarasikan 28 provinsi, termasuk Bangkok, sebagai zona berisiko tinggi. Prayuth telah memerintahkan semua restoran dan penjual makanan di Bangkok menghentikan layanan makan di tempat pada pukul 21.00.
Perintah itu diperlunak karena sebelumnya restoran dan penjual makanan di Bangkok diharuskan tutup pada pukul 19.00. Penjualan alkohol di restoran telah dilarang. Bar serta tempat hiburan lainnya di provinsi berisiko tinggi diharuskan tutup.
Sekolah dan pusat pendidikan nasional di Thailand telah ditutup selama sebulan. Negara tersebut telah mencatatkan 8.439 kasus Covid-19 dengan korban meninggal sebanyak 65 jiwa.