REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A - Uni Emirat Arab menolak desakan pemerintah Yaman untuk membuka kembali Bandara Al Rayan di tenggara Yaman.
"Pasukan Emirat menolak instruksi pemerintah Yaman untuk membuka kembali Bandara Al-Rayan," kata Mukhtar al-Rahbi, penasihat menteri penerangan Yaman.
UEA, yang merupakan anggota paling aktif kedua dalam koalisi Arab yang dipimpin Saudi di Yaman, mengubah bandara tersebut menjadi pangkalan militer untuk pasukannya pada 2016 dan menolak untuk membukanya kembali karena alasan keamanan.
Al-Rahbi juga menuding UEA mengubah bandara tersebut menjadi penjara. "Pasukan UEA menggunakan bandara sebagai penjara ilegal untuk melakukan berbagai bentuk penyiksaan keji terhadap warga Yaman," tambah dia.
UEA belum mengomentari tudingan tersebut.
Al Rayan, bandara terbesar ketiga Yaman, berada di bawah kendali organisasi teroris al-Qaeda di Yaman pada April 2015 tetapi direbut kembali pada April 2016. Sejak itu, UEA telah menggunakannya sebagai pangkalan militer dan menolak untuk membukanya kembali untuk penerbangan reguler.
Yaman telah dilanda konflik dan kekerasan sejak 2014, ketika pemberontak Houthi yang berpihak pada Iran menguasai sebagian besar wilayah negara, termasuk ibu kota, Sana'a. Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, konflik di Yaman sejauh ini telah merenggut 233.000 nyawa.
* Ahmed Asmar di Ankara turut berkontribusi dalam laporan ini