REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Jerman pada Selasa memperpanjang aturan pembatasan terkait pandemi Covid-19 hingga 31 Januari, dan mengadopsi tindakan yang lebih keras untuk membendung gelombang kedua pandemi.
Kanselir Angela Merkel mengumumkan hal tersebut setelah pertemuan dengan perdana menteri dari 16 negara bagian federal melalui konferensi video. Merkel mengatakan jumlah infeksi baru di Jerman masih terlalu tinggi, dan varian baru virus korona yang diidentifikasi di Inggris menjadi sumber kekhawatiran besar.
“Kami harus sangat berhati-hati sekarang. Ini situasi baru dan luar biasa,” kata Merkel, sambil mengimbau warganya untuk menjaga jarak sosial, dan sebisa mungkin tinggal di rumah dalam tiga minggu ke depan.
Menurut keputusan yang diambil dalam pertemuan tersebut, sekolah, tempat penitipan anak, dan semua toko yang tidak penting akan tetap tutup hingga setidaknya 31 Januari di seluruh negeri.
Di daerah di mana jumlah penularan di atas 200 orang per 100.000 penduduk, otoritas lokal akan dapat melarang warga untuk bepergian melebihi radius 15 km dari tempat tinggal mereka. Pertemuan-pertemuan selanjutnya dibatasi untuk keluarga sendiri dan hanya satu orang dari rumah lain.
Tindakan lebih keras dari pemerintah diberlakukan setelah Jerman melaporkan rekor jumlah infeksi dan kematian akibat virus korona dalam beberapa pekan terakhir. Jumlah kematian resmi akibat virus korona di negara itu telah mencapai 35.518 jiwa, dengan 944 kematian dalam 24 jam terakhir.
Terlepas dari tindakan luar biasa yang telah diambil dalam beberapa bulan terakhir untuk mengatasi wabah, Jerman masih jauh dari mencapai targetnya untuk mengurangi infeksi baru hingga kurang dari 50 orang per 100.000 penduduk. Robert Koch Institute mengumumkan tingkat kasus 134,7 orang per 100.000 penduduk selama periode tujuh hari, hal tersebut hampir tiga kali lebih banyak dari target pemerintah.
Jerman melaporkan jumlah infeksi Covid-19 tertinggi kelima di Eropa Barat, setelah Inggris, Prancis, Italia, dan Spanyol. Total kasus infeksi di negara itu sekarang mencapai lebih dari 1,78 juta kasus dengan setidaknya 35.518 kematian.