REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Donald Trump telah diblokir dari Twitter setelah cuitan ke pendukung yang menyerang Capitol AS. Dalam serangkaian cuitan, dia memberi tahu para pengunjuk rasa "Aku mencintaimu" sebelum menyuruh mereka pulang. Dia juga mengulangi klaim palsu tentang kecurangan pemilu.
Twitter mengatakan diperlukan penghapusan tiga cuitan karena pelanggaran berat terhadap kebijakan Integritas Civic perusahaan. Perusahaan mengatakan akun presiden akan tetap dikunci untuk selamanya jika cuitan tidak dihapus.
"Pelanggaran Peraturan Twitter di masa mendatang akan mengakibatkan penangguhan permanen akun @realDonaldTrump," kata Twitter selanjutnya dilansir BBC, Kamis (7/1).
Ini berarti hari-hari Donald Trump di Twitter bisa dihitung. Presiden ini dikenal tidak terlalu memperhatikan pedoman komunitas Twitter. Sementara Facebook dan Youtube juga menghapus pesan videonya kepada pengunjuk rasa.
"Kami menghapusnya karena kami yakin hal itu berkontribusi daripada mengurangi risiko kekerasan yang sedang berlangsung." ujar Facebook.
Para pendukungnya menyerbu kursi pemerintah AS dan bentrok dengan polisi. Kekerasan itu menghentikan debat kongres atas kemenangan pemilihan Demokrat Joe Biden.
Di ruang DPR dan Senat, Partai Republik menantang sertifikasi hasil pemilihan November. Sebelum kerusuhan, Presiden Trump telah memberi tahu para pendukungnya di National Mall Washington bahwa pemilu telah dicurangi.
Beberapa jam kemudian, ketika kekerasan meningkat di dalam dan di luar Capitol, dia muncul di video dan mengulangi klaim palsu tersebut. Dia mengatakan kepada pengunjuk rasa "Aku mencintaimu". Youtube mengatakan menghapus video itu karena melanggar kebijakan menyebarkan penipuan pemilu.
Twitter awalnya tidak menghapus video tersebut. Twitter hanya menghapus kemampuan untuk me-retweet, menyukai, mengomentari, dan cuitan lainnya. Namun, Twitter kemudian menghapus semuanya dan menangguhkan akun presiden Trump.
"Kami telah secara signifikan membatasi keterlibatan dengan Tweet yang diberi label di bawah Kebijakan Integritas Sipil kami karena risiko kekerasan," kata Twitter.
Facebook mengatakan bahwa protes kekerasan di Capitol adalah aib. "Kami melarang hasutan dan seruan untuk melakukan kekerasan di platform kami. Kami secara aktif meninjau dan menghapus konten apa pun yang melanggar aturan ini," terang Facebook.
Facebook juga mengatakan sedang mencari dan menghapus konten yang menghasut atau mendukung penyerbuan Capitol Hill. Youtube sudah memiliki kebijakan untuk menghapus berita palsu tentang penipuan pemilu massal yang diterapkan pada presiden.
Pawai protes sebagian diselenggarakan secara online, termasuk di grup dan halaman Facebook. Kemungkinan besar Presiden terpilih Joe Biden akan berusaha untuk menindak teori konspirasi dan ekstremisme di media sosial ketika dia menjabat.