REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Serangan di Capitol AS baru-baru ini menuai kecaman hingga sorotan dari pemimpin-pemimpin internasional di seluruh dunia. Di AS sendiri, anggota parlemennya santer mengecam "percobaan kudeta" terhadap Pemerintah AS. Pernyataan itu diambil setelah pendukung Presiden Donald Trump membobol Kongres AS dan menutup sesi legislatif.
"Massa menyerbu Capitol AS untuk membatalkan pemilihan. Kudeta sedang berlangsung," kata anggota dewan Val Demings dalam kicauannya dikutip TRT world, Kamis (7/1).
Tak hanya Demings, anggota kongres lainnya, Seth Moulton, juga mengecam tindakan tersebut. Menurutnya, hal tersebut adalah bentuk anarkistis dan percobaan kudeta. Hal itu dinilainya sangat buruk karena sama kondisinya dengan Amerika dahulu, saat tidak ada hukum yang pantas.
Sorotan Dunia
Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, meminta para pendukung Trump untuk berhenti menginjak-injak demokrasi. Terlebih, setelah mereka menyerang Kongres AS dan menutup sesi legislatif.
Menurutnya, musuh demokrasi akan sangat senang dengan melihat gambar-gambar kondisi Washington DC saat ini. "Trump dan pendukungnya harus menerima keputusan pemilih Amerika dan berhenti menginjak-injak demokrasi," tulisnya.
Hal serupa juga diucapkan oleh Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson. Ia menyerukan agar pihak-pihak tersebut bisa mengakhirinya. Secara khusus, dia juga menyebut jika adegan itu sangat memalukan terjadi di Washington.
Lebih jauh, Kementerian Luar Negeri Turki meminta semua pihak di AS untuk menggunakan moderasi dan akal sehat. Turki saat ini, diketahui memantau perkembangan yang "mengkhawatirkan" di AS. Termasuk upaya untuk menyerbu gedung Capitol. "Kami yakin AS akan mengatasi krisis domestik ini dengan tenang," kata Kementerian.
Lebih jauh, kejadian di Washington itu juga menjadi sorotan Eropa. Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengakui keterkejutannya atas serangan pada demokrasi AS itu. "Untuk menyaksikan pemandangan malam ini di Washington, DC, sungguh mengejutkan," cuit Presiden Dewan Eropa Charles Michel.
"Di mata dunia, demokrasi Amerika malam ini tampak terkepung," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, dalam tweet terpisah.