REPUBLIKA.CO.ID, TIGRAY -- Pascakonflik di wilayah Tigray, Ethiopia, lebih dari 60.000 orang mengungsi dari perbatasan ke Sudan Timur.
Komite Penyelamatan Internasional (IRC) bersama dengan pihak berwenang Sudan meluncurkan layanan darurat untuk memenuhi kebutuhan tambahan di kamp pengungsi Um Rakuba dan Tenetba.
“Karena jarak, kebutuhan logistik sangat tinggi untuk memindahkan pengungsi ke kamp-kamp dari perbatasan dan pengiriman bantuan kepada mereka yang membutuhkan,” kata Carolyne Kanaiza, direktur tanggap darurat IRC di Sudan Timur.
“Kami bekerja di Kamp Um Rakuba dan Tenetba, di mana 20.000 pengungsi akan direlokasi dari Um Rakuba yang padat. Yang paling memprihatinkan, hampir separuh jumlah pengungsi adalah anak-anak," tambah dia.
Pada 4 November, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), menyerang Komando Utara Pasukan Pertahanan Ethiopia di Tigray, yang kemudian memicu konflik.
Dua hari setelah insiden itu, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed menginstruksikan serangan udara ke beberapa titik di Tigray. Pada 28 November, Abiy mengumumkan operasi tersebut berakhir.
IRC meminta semua pihak dalam konflik di Ethiopia untuk menyepakati gencatan senjata segera dan menjamin keselamatan warga sipil, termasuk pengungsi dan pekerja bantuan.