REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Presiden Donald Trump mengatakan akan ada transisi jabatan yang berjalan dengan tertib pada 20 Januari mendatang. Pergantian kepemimpinan ini dipastikan setelah Kongres menyatakan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden dalam Pemilu.
Dilansir dari Arab News, Trump menerima kekalahan dalam pemilu 3 November untuk pertama kalinya, setelah peristiwa kekacauan di Capitol Hill yang dilakukan para pendukung Trump. Kejadian itu sempat menghentikan diskusi di Kongres selama lebih dari enam jam.
"Meskipun saya sama sekali tidak setuju dengan hasil pemilu, dan fakta menunjukkan kepada saya, namun akan ada transisi yang tertib pada 20 Januari," kata Trump dalam pernyataan yang diposting ke Twitter.
Pernyataan tersebut diumumkan oleh para pendukungnya, setelah akun pribadi Trump dikunci oleh Twitter karena memposting pesan yang tampaknya membenarkan serangan di gedung Capitol.
"Meskipun ini mewakili akhir dari masa jabatan pertama terbesar dalam sejarah kepresidenan, ini hanyalah awal dari perjuangan kami untuk Membuat Amerika Hebat Lagi!," tambahnya.
Pendukung Trump menyerbu sesi Kongres yang diadakan Rabu (6/1) untuk mengesahkan kemenangan pemilihan Joe Biden. Ini memicu kekacauan dan kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya di jantung demokrasi Amerika dan memunculkan tuduhan bahwa presiden mencoba melakukan kudeta.
Trump pada Rabu (6/1) telah mendorong para pendukungnya untuk berbaris di Capitol untuk memprotes tindakan anggota parlemen. Ia menyatakan empati terhadap massa, yang dengan kasar memaksa masuk, bentrok dengan polisi dan memaksa anggota parlemen untuk bersembunyi.
"Ini yang terjadi ketika kemenangan pemilu yang sakral jatuh begitu begitu saja dan dengan kejam dilucuti dari para patriot hebat yang telah lama diperlakukan dengan buruk dan tidak adil," tulis Trump dalam pesan yang kemudian dihapus oleh Twitter.
“Pulanglah dengan cinta & damai. Ingatlah hari ini selamanya!," Tambahnya.
Dalam video sebelumnya, dia memuji para pengunjuk rasa sebagai orang spesial dan mengatakan dia mengerti rasa sakit mereka. Twitter kemudian mengunci akunnya untuk pertama kalinya karena menuntut dia menghapus tweet dan mengancam penangguhan permanen.