Jumat 08 Jan 2021 11:39 WIB

Media China: Penyerbuan Capitol Cermin Kegagalan Pemimpin

Peristiwa penyerbuan gedung Kongres AS menjadi bahan olok-olok media China

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Pengunjuk rasa pro-Trump menyerbu halaman Capitol AS, di Washington, DC, AS, 06 Januari 2021. Berbagai kelompok pendukung Trump telah membobol Capitol AS dan melakukan kerusuhan saat Kongres bersiap untuk bertemu dan mensertifikasi hasil AS 2020 Pemilu Presiden.
Foto: EPA-EFE/WILL OLIVER
Pengunjuk rasa pro-Trump menyerbu halaman Capitol AS, di Washington, DC, AS, 06 Januari 2021. Berbagai kelompok pendukung Trump telah membobol Capitol AS dan melakukan kerusuhan saat Kongres bersiap untuk bertemu dan mensertifikasi hasil AS 2020 Pemilu Presiden.

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI - Penyerbuan Gedung Kongres Amerika Serikat, Capitol, oleh pendukung Presiden Donald Trump mencerminkan kegagalan kepemimpinan serta perpecahan yang dalam yang terjadi di masyarakat Amerika. Demikian menurut editorial di media pemerintah China, Jumat (8/1).

Ratusan pendukung Presiden Trump mengepung Capitol pada Rabu (6/1) waktu setempat. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi mengatakan penyerbuan itu sebagai "pemberontakan bersenjata melawan Amerika".

Baca Juga

Surat kabar yang dikelola pemerintah China menggunakan peristiwa itu untuk meningkatkan perang kata-kata melawan AS saat hubungan bilateral sudah surut di tengah ketegangan perdagangan, hak asasi manusia, dan pandemi Covid-19. The Global Times, sebuah tabloid milik People's Daily, surat kabar Partai Komunis yang berkuasa, menggambarkan kerusuhan itu sebagai tanda "keruntuhan internal" dalam sistem politik AS yang tidak dapat dengan mudah dibalik.

"Massa yang belum pernah terjadi sebelumnya di Capitol, simbol dari sistem AS, adalah hasil dari perpecahan yang parah dari masyarakat AS dan kegagalan negara untuk mengontrol pembagian tersebut," tulisnya.

"Seiring berjalannya waktu dan dengan penyalahgunaan sumber daya oleh politisi, sistem politik AS telah menurun," tambah surat kabar itu.

Mereka juga mengecam apa yang digambarkannya sebagai "standar ganda" di antara para politisi AS. Media itu membidik deskripsi Pelosi tentang protes Hong Kong pada 2019 sebagai "pemandangan yang indah untuk dilihat".

"Di Hong Kong, aksi kekerasan digambarkan sebagai 'pemandangan indah'. Di AS, orang yang terlibat dalam kekacauan ini disebut 'massa'," kata Global Times.

Komentar Pelosi telah diejek secara luas di layanan Weibo seperti Twitter di China. Liga Pemuda Partai Komunis juga menggunakan kata-kata "pemandangan indah" untuk menggambarkan kerusuhan di Washington.

Netizen lain menggambarkan kerusuhan itu sebagai "karma". Satu candaan mengatakan bahwa ini adalah percobaan kudeta pertama di Amerika yang terjadi "tanpa keterlibatan kedutaan besar AS", menurut Global Times.

CCTV negara bagian menggunakan krisis itu untuk mengecam sistem politik AS, mengatakan "demokrasi Amerika telah dihancurkan". "Amerika Serikat, yang selalu mempromosikan demokrasi dan hak asasi manusia, sekarang menjadi negara kerusuhan, konflik, dan jam malam," katanya.

Surat kabar resmi China Daily mengatakan "nasionalisme sempit" dari Presiden Trump telah merugikan Amerika Serikat. "Kekerasan dan kekacauan yang meletus di AS selama setahun terakhir menunjukkan apa yang terjadi ketika para pemimpin suatu negara kehilangan kontak dengan kenyataan," tambahnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement