Perjanjian normalisasi telah menuai kecaman luas dari warga Palestina, yang mengatakan kesepakatan tersebut mengabaikan hak-hak mereka dan tidak melayani kepentingan Palestina. "Saya melihat evolusi Islamofobia di negara-negara Barat," ujar Khan, mengacu pada masa pendidikannya di Inggris.
Khan juga menekankan kesenjangan kesalahpahaman antara masyarakat Muslim dan masyarakat Barat tentang masalah Islamofobia. Dia mengatakan bahwa kepemimpinan Muslim seharusnya memainkan peran yang lebih aktif dalam menjelaskan bagaimana Muslim memprioritaskan agama mereka, kitab suci, dan Nabi.
"Kami, kepala negara Muslim, harus menekankan pada dewan dunia di Uni Eropa, PBB, forum dunia, kami harus menekankan apa yang dunia Muslim rasakan terhadap seorang nabi, dan kami harus menjelaskan kepada mereka bahwa tolong jangan gunakan kebebasan berbicara dan membuat karikatur nabi karena itu menyebabkan rasa sakit yang luar biasa," katanya.
Dalam kesempatan itu, Khan mengenang hubungan historis negaranya dengan Turki. Dia mengungkapkan, Pakistan tidak akan melupakan dukungan dan bantuan yang telah diberikan Turki kepada Pakistan dalam masalah Kashmir.
Kashmir, wilayah mayoritas Muslim di Himalaya, dikuasai India dan Pakistan sebagian dan diklaim keduanya secara penuh. Sepotong kecil Kashmir juga dikuasai China. Sejak pecah pada 1947, New Delhi dan Islamabad telah berperang tiga kali, yaitu pada 1948, 1965 dan 1971. Dua di antaranya memperebutkan Kashmir.