REPUBLIKA.CO.ID, SANAA – Langkah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang menyebut gerakan Houthi Yaman sebagai organisasi teroris asing dapat mengganggu upaya perdamaian.
Selain itu, juga menghambat pengiriman bantuan penyelamat jiwa di Yaman yang tingkat kelaparan di sana kian meningkat.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan pada Ahad bahwa Kongres akan diberi tahu tentang niatnya untuk menyebut gerakan Houthi Yaman sebagai organisasi teroris.
Tindakan ini merupakan salah satu tindakan terakhir pemerintahan Trump sebelum pelantikan Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat pada 20 Januari nanti. Berikut beberapa implikasi yang mungkin terjadi, dilansir Aljazirah, Selasa (12/1)
1. Krisis kemanusiaan semakin parah
Pompeo mengatakan Amerika Serikat berencana untuk menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi efek penunjukan teroris pada aktivitas kemanusiaan dan impor tertentu, seperti makanan dan obat-obatan ke Yaman.
Perang yang berlangsung lebih dari lima tahun telah menyebabkan 80 persen warga Yaman bergantung pada bantuan. Bahkan, jutaan orang berada di ambang kelaparan.
Terlebih, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan bahwa Yaman sedang menghadapi krisis kelapan terbesar di dunia dalam beberapa dekade karena kekurangan dana. Lembaga bantuan khawatir pekerjaan mereka sekarang akan dikriminalisasi.
Gerakan houthi adalah otoritas de facto di Yaman utara. Organisasi kemanusiaan harus mendapatkan izin untuk melaksanakan program bantuan serta bekerja dengan kementerian dan sistem keuangan lokal.
Penunjukan Houthi sebagai gerakan teroris asing dapat memengaruhi akses Yaman ke sistem keuangan dan pengiriman uang dari luar negeri, serta mempersulit impor dan menaikkan harga barang.