REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD – Fatima Ali sedang menjalani tahun terakhirnya untuk mejnadi spesialis analisis medis ketika Irak memberlakukan lockdown penuh pada Maret. Pandemi menuntut orang-orang, termasuk perempuan berusia 22 tahun itu, untuk tinggal di rumah.
Ia menghabiskan banyak waktu di media sosial, mencari aktivitas yang bisa dikerjakan untuk mengisi waktu hingga sebuah ide datang. Pada enam tahun lalu, ia berkunjung ke Amerika dalam program pertukaran pemimpin muda dan mengunjungi sebuah pabrik keju di Vermont. Di sana, piring-piring berisi keju yang sudah tua dipajang di papan kayu sehingga terlihat seperti lukisan.
"Saya sangat menyukainya. Saya bertanya ke diri saya, kenapa tidak saya lakukan dan jadi yang pertama di Baghdad," tuturnya, seperti dilansir di AP News, Selasa (12/1).
Ali pun mengambil kursus bisnis online gratis, mencari tahu tentang keju dan piring kayu di ibukota Irak itu.
Beberapa bulan kemudian, Ali berhasil memasarkan cheese board (keju-keju yang diletakkan di piring kayu) dan sedikit menghasilkan pendapatan, namun konsisten. Ia juga mengumpulkan lebih dari 2 ribu pengikut di Instagram.
Ali bukan satu-satunya. Semakin banyak perempuan Irak yang memanfaatkan pembatasan aktivitas sosial di masa pandemi untuk membangun bisnis skala rumahan. Ini adalah cara untuk menghindari diskriminasi dan pelecehan yang kerap muncul saat bekerja di masyarakat konservatif dan didominasi pria di Irak, sekaligus menghasilkan pendapatan tambahan ketika ekonomi terpuruk.