Rabu 13 Jan 2021 12:29 WIB

Pendukung Trump Hadapi Konsekuensi Berat Usai Serbu Capitol

Sebagian kehilangan pekerjaan, sebagian menghadapi dakwaan kriminal

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Pendukung Presiden AS Donald J. Trump di Capitol Rotunda setelah melanggar keamanan Capitol di Washington, DC, AS, 06 Januari 2021. Para pengunjuk rasa memasuki Capitol AS tempat sertifikasi pemungutan suara Electoral College untuk Presiden terpilih Joe Biden berlangsung.
Foto: EPA-EFE/JIM LO SCALZO
Pendukung Presiden AS Donald J. Trump di Capitol Rotunda setelah melanggar keamanan Capitol di Washington, DC, AS, 06 Januari 2021. Para pengunjuk rasa memasuki Capitol AS tempat sertifikasi pemungutan suara Electoral College untuk Presiden terpilih Joe Biden berlangsung.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Rick Saccone memutuskan untuk mengambil momen bersejarah untuk disiarkan di akun Facebook miliknya. Ia berdiri di tengah-tengah kerumunan pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menyerbu masuk Capitol Hill pekan lalu.

Mantan anggota parlemen Negara Bagian Pennsylvania menyerahkan telepon genggamnya ke istrinya lalu menyampaikan sebuah pesan. "Kami berusaha mengusir semua orang jahat dan RINO (Republicans In Name Only) yang telah mengkhianati presiden kami," kata Saccone di video tersebut.

Baca Juga

Republicans In Name Only adalah sebutan bagi pendukung atau anggota Partai Republik yang cenderung moderat. "Kami akan membuat mereka keluar dari kantor-kantor mereka," kata Saccone tanpa berpikir lagi.

Keesokan harinya laki-laki berusia 63 tahun itu dipaksa untuk mengundurkan diri pekerjaannya yang ia lakoni selama 21 tahun. Saccone merupakan pengajar ilmu politik Saint Vincent College di Pennsylvania. Ia mengatakan menyesal mengunggah video tersebut tapi menurutnya pesannya terlalu dianggap serius.

"Kami hanya bermain-main, bersenang-senang, saya sudah membuat video Facebook Live selama bertahun-tahun, maksudnya diambil dengan ringan hati," kata Saccone pada kantor berita Reuters, Selasa (12/1).

Saccone, anggota Partai Republik yang gagal dalam pemilihan anggota Kongres 2018 lalu, mengatakan ia menjalani Amandemen Pertamanya yaitu kebebasan berbicara dan tidak berpartisipasi dalam penyerbuan ke Capitol Hill dan kekerasan apa pun. Ia menerima ratusan ancaman pembunuhan usai videonya viral.

Saccone adalah salah satu pendukung Trump yang menerima konsekuensi yang tak mereka duga usai foto dan video penyerbuan ke Gedung Kongres muncul di internet yang menunjukkan keterlibatan mereka dalam peristiwa tersebut.

Lima orang termasuk seorang petugas polisi tewas dalam penyerbuan tersebut. Serangan ini terjadi saat anggota parlemen meresmikan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden pada November lalu. Trump tanpa memberikan bukti mengeklaim memenangkan pemilihan presiden.

Banyak peserta penyerbuan mendokumentasikan keterlibatan mereka di media sosial. Sebagian tidak mematuhi protokol kesehatan virus corona dengan tidak memakai masker. Hal itu membuat para detektif lebih mudah mengidentifikasi mereka.

Sebagian kehilangan pekerjaan, sebagian menghadapi dakwaan kriminal. Pentagon membuka 25 penyelidikan terhadap terorisme domestik yang berkaitan dengan penyerangan tersebut. FBI meminta petunjuk dari masyarakat mengenai orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tersebut.

"Banyak pengikut Trump yang hidup di dunia fantasi," kata sejarawan dan penulis buku Reconstruction: America’s Unfinished Revolution, 1863-1877, Eric Foner.

"Mereka tampaknya tidak memikirkan konsekuensi atas tindakan mereka," tambah Forner.

Penyerangan itu juga melibatkan sejumlah ekstremis anti-pemerintah seperti Boogaloo Boys dan nasionalis kulit putih. Termasuk orang-orang kaya Amerika yang dengan terbuka mendukung kekerasan.

Pialang real estate asal Texas, Jenna Ryan, mengunjungi Washington dengan pesawat pribadi. Di halaman akun Facebooknya terlihat ia menginap di hotel mewah The Westin Washington sebelum menyerbu Capitol Hill keesokan harinya. Ryan merekam dirinya sendiri di depan Gedung Kongres.

"Kami akan memecahkan kaca jendela-jendela itu," kata Ryan dalam video tersebut. Tidak lama kemudian ia menulis di Twitter 'kami baru saja masuk ke the Capital, ini salah satu hari terbaik dalam hidup saya'.

Pendukung Trump itu juga mengunggah dirinya berfoto di samping kaca jendela Capitol Hill yang pecah. Dalam unggahan tersebut ia juga mengancam organisasi media.

"Dan apabila media tidak berhenti berbohong mengenai kami, kami akan mendatangi studio mereka selanjutnya," cicit Ryan.

Beberapa hari kemudian ia mengajukan keluhan pada Komisi Real Estate Texas yang menangguhkan lisensinya. Ryan mengeluarkan pernyataan dengan mengatakan ia benar-benar 'sakit hati' atas kehidupan yang ia jalani usai penyerbuan ke Capitol Hill.

"Sayangnya apa yang saya yakini unjuk rasa politik damai menjadi protes dengan kekerasan," cicit Ryan.

Di Twitter, Texas Real Estate Commission mengatakan walaupun mereka tidak bisa memaafkan 'tindakan semacam itu' tapi aksi pemegang lisensi di luar transaksi real estate di luar yurisdiksi mereka.

Pengusaha tanaman yang juga mantan kandidat wali kota asal Texas Jenny Cudd merekam dirinya saat penyerbuan. "Kami merusak pintu kantor Nancy Pelosi dan seseorang mencuri palunya," kata Cudd.

Kini bisnisnya, Becky’s Flowers, dalam kondisi yang tidak bagus. Aplikasi perencana pernikahan The Knot memutuskan hubungan toko tersebut.

"Kami tidak dapat memaafkan tindakan kekerasan dan pengrusakan yang terjadi di Capitol Hill. Kami menghapus Becky’s Flowers dari daftar vendor di e-niaga kami untuk ditinjau lebih lanjut," kata The Knot dalam pernyataanya di Twitter.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement