Rabu 13 Jan 2021 13:35 WIB

Laporan WWF Sebut Australia Jadi Pusat Deforestasi Dunia

WWF menemukan area seluas enam kali lipat Tasmania telah ditebangi sejak 2004.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Dwi Murdaningsih
Kanguru tampak di kawasan semak hutan Australia dengan langit oranye akibat kebakaran hutan di sekitar Canberra, Australia, (5/1) tahun 2020.
Foto: EPA
Kanguru tampak di kawasan semak hutan Australia dengan langit oranye akibat kebakaran hutan di sekitar Canberra, Australia, (5/1) tahun 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY - Laporan terbaru dari World Wide Fund for Nature (WWF) mengatakan, bahwa Australia tetap menjadi salah satu pusat deforestasi dunia. WWF menemukan bahwa area seluas enam kali lipat Tasmania telah ditebangi secara global sejak 2004.

Analisis tersebut mengidentifikasi 24 garis depan deforestasi di seluruh dunia. Ada total 43 juta hektare hutan dihancurkan dalam periode dari 2004 hingga 2017. Australia adalah satu-satunya negara di dunia maju yang muncul dalam daftar.

Baca Juga

Australia bagian timur ditunjuk bersama Kolombia, Peru, Laos, dan Mozambik sebagai lokasi dengan laju deforestasi 'sedang'. Negara-negara dengan laju deforestasi 'tinggi' termasuk Brasil, Bolivia, Madagaskar dan Kalimantan.

Laporan tersebut mengingatkan bahwa hampir setengah dari hutan yang masih berdiri di 24 bidang deforestasi telah mengalami beberapa jenis fragmentasi. Tren menyarankan pembukaan hutan akan terus berlanjut kecuali negara-negara bertindak untuk melindunginya.

Ini memperluas laporan 2015 oleh WWF yang menyebutkan 11 titik api. Dalam laporan tersebut Australia timur juga muncul dalam daftar itu.

Dalam analisis pertama, New South Wales (NSW) dan Queensland dipilih untuk tingkat pembukaan yang tinggi. Namun, laporan baru mengidentifikasi lebih lanjut area yang menjadi perhatian di Victoria dan Tasmania.

"Tingkat pembukaan lahan meroket setelah penghapusan pembatasan di Queensland dan NSW menempatkan Australia timur di samping tempat paling terkenal di dunia untuk perusakan hutan," kata ilmuwan konservasi WWF-Australia Martin Taylor seperti dikutip laman The Guardian, Rabu (13/1).

"Meskipun Queensland memulihkan beberapa pembatasan pada 2018, Australia bagian timur tetap menjadi garis depan deforestasi. Itu tidak akan berubah sampai kita melihat tingkat kehancuran turun," ujarnya menambahkan.

Taylor mengatakan analisis tersebut difokuskan pada apa yang disebut bagian "titik panas" di negara bagian timur di mana tingkat pembukaan lahan tertinggi. Dia memperkirakan bahwa di Queensland dan NSW saja 970.349 hektare telah dibuka pada tahun 2004 hingga 2017.

Pemerintah Queensland memperketat aturan pembukaan lahan pada 2018, namun Taylor mengatakan belum ada cukup data yang tersedia untuk menentukan efek dari perubahan tersebut. Di NSW, pemerintah Berejiklian melemahkan aturan pembukaan lahan pada 2017 dan kerusakan habitat meningkat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement