REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu memberitahu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan via percakapan telepon tentang pertemuan puncak trilateral baru-baru ini yang diadakan di Moskow. KTT antara Rusia, Azerbaijan, dan Armenia digelar pada Senin kemarin.
Bertemu dua bulan setelah gencatan senjata dideklarasikan untuk wilayah Karabakh, para pemimpin Rusia, Azerbaijan, dan Armenia menandatangani pakta di KTT tersebut untuk mengembangkan hubungan ekonomi dan infrastruktur untuk memberikan manfaat bagi wilayah itu.
Menurut pernyataan dari Kremlin, pertemuan trilateral itu menegaskan posisi Azerbaijan tentang normalisasi hubungan dan kesiapan langkah-langkah praktis untuk memulihkan perdamaian. “Ada kemungkinan untuk menyetujui sejumlah langkah penting ke arah ini dengan mempertimbangkan stabilisasi umum di sekitar Nagorno Karabakh,” kata Kremlin.
Sementara itu, Erdogan menyampaikan dukungan pada upaya Rusia untuk menyelesaikan masalah Nagorno Karabakh dan mendukung terus tindakan bersama, termasuk pembangunan ekonomi kawasan dan promosi proyek yang saling menguntungkan, kata Kremlin.
Putin dan Erdogan membahas pembentukan Pusat Pemantauan Gencatan Senjata Turki-Rusia dan semua tindakan militer di Nagorno Karabakh. Kedua pemimpin juga membahas masalah bilateral seperti volume perdagangan kedua negara, memperluas kerja sama di bidang-bidang utama, serta memerangi pandemi virus korona, termasuk implementasi rencana produksi bersama dan penggunaan vaksin, kata Kremlin.
Konflik di Karabakh
Hubungan antara negara bekas republik Soviet di Armenia dan Azerbaijan tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Karabakh, juga dikenal sebagai Nagorno Karabakh, yang diakui secara internasional sebagai wilayah Azerbaijan, dan tujuh wilayah yang berdekatan.
Ketika bentrokan baru meletus pada 27 September 2020, tentara Armenia melancarkan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Azerbaijan dan bahkan melanggar perjanjian gencatan senjata kemanusiaan.
Selama konflik enam minggu, Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan hampir 300 pemukiman dan desa, sementara setidaknya 2.802 tentaranya gugur di medan perang.
Ada klaim berbeda tentang jumlah korban di pihak Armenia, yang menurut sumber dan pejabat bisa mencapai 5.000 orang.
Kedua negara menandatangani perjanjian yang ditengahi Rusia pada 10 November 2020 untuk mengakhiri pertempuran dan bekerja menuju resolusi yang komprehensif.
Sebuah pusat gabungan Turki-Rusia sedang didirikan untuk memantau gencatan senjata. Pasukan penjaga perdamaian Rusia juga telah dikerahkan di wilayah tersebut.
Gencatan senjata dipandang sebagai kemenangan bagi Azerbaijan dan kekalahan bagi Armenia.
Namun, pelanggaran dalam beberapa minggu terakhir, dan sejumlah tentara Armenia bersembunyi di daerah pegunungan itu.