Ahad 17 Jan 2021 09:22 WIB

Produksi Uranium, Negara-negara Eropa Peringatkan Iran

Negara-negara Eropa menyuarakan keprihatinan atas rencana produksi uranium Iran

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Christiyaningsih
Para teknisi sedang bekerja di pusat pemrosesan uranium di Iran.
Foto: reuters
Para teknisi sedang bekerja di pusat pemrosesan uranium di Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Negara-negara Eropa menyuarakan keprihatinan yang mendalam atas rencana Iran untuk memproduksi logam uranium. Negara-negara Eropa memperingatkan bahwa Iran tidak memiliki sumber daya yang kredibel untuk elemen tersebut.

"Produksi logam uranium memiliki potensi implikasi militer yang serius," kata menteri luar negeri Inggris, Prancis, dan Jerman dalam pernyataan bersama dilansir Arab News, Sabtu (16/1).

Baca Juga

Seperti diketahui, Iran telah menandatangani larangan 15 tahun untuk memproduksi atau memperoleh logam plutonium atau uranium atau paduannya. Perjanjian ini di bawah apa yang disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) yang ditandatangani pada 2015 dengan negara-negara yang menjadi kekuatan dunia.

"Kami sangat mendesak Iran untuk menghentikan kegiatan ini dan kembali mematuhi komitmen JCPOA tanpa penundaan lebih lanjut jika serius untuk mempertahankan kesepakatan," kata pernyataan tersebut.

Seruan mereka datang setelah Iran mengatakan kepada pengawas nuklir PBB pada Rabu (13/1) bahwa mereka sedang memajukan penelitian tentang produksi logam uranium. Iran mengeklaim program itu bertujuan untuk menyediakan bahan bakar lanjutan untuk reaktor penelitian di Teheran.

Kesepakatan penting tahun 2015 yang disepakati antara Iran dan Amerika Serikat, China, Rusia, Inggris, Prancis, dan Jerman ini untuk mengekang ambisi nuklir Teheran sebagian besar telah hancur sejak Presiden Donald Trump menariknya pada tahun 2018 dan menerapkan kembali sanksi keras.

Pemerintah Iran telah mengisyaratkan kesiapan untuk terlibat dengan Presiden terpilih AS Joe Biden, yang menjabat pada 20 Januari dan yang telah menyatakan kesediaan untuk kembali berdiplomasi dengan Teheran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement