Ahad 17 Jan 2021 18:14 WIB

Iran Desak PBB tak Laporkan Rincian Program Nuklir

Muncul tuduhan sejumlah negara bahwa Iran sedang membangun senjata nuklir.

Rep: Dwina Agustin./ Red: Endro Yuwanto
 Foto selebaran yang disediakan oleh Kantor Pemimpin Tertinggi Iran menunjukkan pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berbicara tentang Kesepakatan Nuklir selama pidato langsung di TV, di Teheran, Iran, 08 Januari 2021.
Foto: EPA-EFE/SUPREME LEADER OFFICE
Foto selebaran yang disediakan oleh Kantor Pemimpin Tertinggi Iran menunjukkan pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berbicara tentang Kesepakatan Nuklir selama pidato langsung di TV, di Teheran, Iran, 08 Januari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHRAN -- Iran mendesak pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menghindari penerbitan rincian tidak perlu tentang program nuklirnya. Laporan tersebut menimbulkan tuduhan dari beberapa negara yang menyatakan Iran sedang membangun senjata nuklir.

Melalui siaran televisi pemerintah pada Ahad (17/1), Departemen Nuklir Iran meminta Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk menghindari publikasi rincian program nuklir Iran yang dapat menyebabkan kebingungan.

“Diharapkan badan energi atom internasional menghindari memberikan rincian yang tidak perlu dan mencegah pijakan untuk kesalahpahaman di komunitas internasional," kata pernyataan itu.

Iran bereaksi terhadap pernyataan tersebut dengan mengatakan, Teheran memberi tahu pengawas nuklir PBB hampir dua dekade lalu tentang rencananya untuk produksi logam uranium guna upaya damai dan konvensional. Iran juga mengatakan telah memberikan informasi terbaru kepada badan tersebut dua tahun lalu tentang rencananya untuk memproduksi bahan bakar lanjutan silisida.

Logam uranium adalah produk dalam pembuatan silisida uranium, bahan bakar yang digunakan dalam reaktor nuklir yang lebih aman. Bahan ini memiliki kemampuan daya lebih dari bahan bakar berbasis oksida uranium, yang saat ini diproduksi oleh Iran.

Pada Sabtu (16/1), Jerman, Prancis, dan Inggris menekan Iran membatalkan rencananya mengembangkan logam uranium. Mereka menyebutnya sebagai pelanggaran terencana terbaru dari kesepakatan nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015.

Tujuan dari kesepakatan itu, mencegah Iran mengembangkan bom nuklir, sesuatu yang menurut Iran tidak ingin dilakukannya. "Iran tidak memiliki penggunaan sipil yang kredibel untuk logam uranium," kata pernyataan bersama ketiga negara.

Pernyataan bersama ini muncul setelah IAEA pada Kamis (14/1) mengatakan, Iran telah memberi tahu bahwa mereka telah mulai memasang peralatan untuk produksi logam uranium. Teheran disebutkan mempertahankan rencananya melakukan penelitian dan pengembangan pada produksi logam uranium dalam upaya merancang jenis bahan bakar yang lebih baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement