REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Regulator kesehatan Brasil Anvisa menyetujui penggunaan darurat vaksin dari Sinovac dan AstraZeneca untuk program vaksinasi Covid-19. Hal ini membuka jalan imunisasi massal di tengah gelombang kedua wabah virus corona.
Beberapa menit setelah dewan Anvisa menyetujui penggunaan vaksin dua vaksin tersebut, seorang perawat bernama Monica Calazans mendapat suntikan vaksin CoronaVac yang dikembangkan perusahaan China, Sinovac. Vaksin perusahaan Inggris, AstraZeneca, dikembangkan bersama University of Oxford.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro yang skeptis terhadap virus corona menolak untuk divaksin. sehingga menekan proses vaksinasi di Brasil yang mencatat 200 ribu kasus kematian terkait Covid-19. Brasil menjadi negara kedua dengan tingkat kematian tertinggi di bawah Amerika Serikat.
Tertundanya pengiriman vaksin dan hasil tes menahan program vaksinasi Brasil yang pernah menjadi garda depan program imunisasi massal. Kini negara itu tertinggal dari China dan Meksiko yang sudah mulai program vaksinasi bulan lalu.
Pemerintah Bolsonaro ingin menggelar program imunisasi nasional pada pekan ini tapi masih menunggu pengiriman vaksin AstraZeneca. Hal ini membuat masyarakat Brasil frustrasi dan mendorong oposisi untuk mengalahkan presiden dari sayap kanan tersebut.
Sebelumnya Bolsonaro telah kerap menuai kritik terkait caranya menangani pandemi Covid-19. Dia dianggap terlalu menyepelekan dan menganggap enteng. Bolsonaro bahkan sempat menentang kampanye penggunaan masker.
Gubernur Sao Paulo João Doria yang mengawasi pusat biomedis Butantan yang bermitra dengan Sinovac di Brasil mengatakan keputusan Anvisa adalah kemenangan bagi ilmu pengetahuan. Ia mengizinkan vaksinasi pertama dilakukan di negara bagiannya.
"Kemenangan bagi sains, kemenangan bagi kehidupan, kemenangan bagi Brasil," cicit Doria di Twitter.
Doria merupakan saingan potensial Bolsonaro pada pemilihan presiden 2022 mendatang. Presiden pun mengejek efisiensi vaksin CoronoVac yang hanya sebesar 50 persen dalam uji coba di Brasil. Namun Kementerian Kesehatan Brasil telah setuju untuk membeli dan mendistribusikan vaksin tersebut ke seluruh negeri.
Doria sempat terlibat perselisihan dengan Bolsonaro perihal impor vaksin. Bolsonaro pernah mengatakan pemerintahannya tidak akan membeli vaksin yang berasal atau diproduksi dari China. Dia memandang Beijing belum memiliki kredibilitas.
Dalam konferensi pers, Menteri Kesehatan Eduardo Pazuello mengatakan menggelar vaksinasi dengan terburu-buru adalah 'taktik pemasaran' yang ilegal. Ia menambahkan pemerintah pusat akan mendistribusikan vaksin ke negara bagian lalu memulai rencana imunisasi massal pada Rabu (20/1).
Pazuello menambahkan Brasil dapat memvaksin satu juta orang pada hari itu. Gelombang kedua wabah virus corona menambah urgensi vaksinasi massal di Brasil. Negara terbesar di Amerika Latin itu tampaknya menghadapi virus corona varian baru yang lebih menular yang berasal dari negara bagian Amazonas.
Hal ini mendorong Inggris dan Italia melarang masuk semua orang yang datang dari Brasil. Butantan mengatakan pada April mendatang mereka siap memasok 46 juta dosis vaksin. Sekitar enam juta vaksin sudah siap pasok.