REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dua orang pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan 12 anggota Garda Nasional yang dicopot dari tugas menjaga pelantikan Presiden terpilih Joe Biden kedapatan memiliki hubungan dengan kelompok milisi sayap kanan atau mengunggah pandangan ekstremis di internet. Dua sumber yang tak disebutkan namanya itu adalah seorang pejabat intelijen dan seorang pejabat Angkatan Darat AS.
Rabu (20/1) kantor berita Associated Press melaporkan dua sumber tersebut tidak menyebutkan di unit apa dua anggota Garda Nasional itu ditempatkan. Dua pejabat mengatakan 12 anggota tentara dipulangkan karena 'tanggung jawab keamanan'.
Kepala Biro Garda Nasional AS Jenderal Daniel Hokanson mengonfirmasi pencopotan dan pemulangan anggota Garda Nasional. Namun ia mengatakan hanya dua kasus yang dipulangkan karena pernyataan atau teks yang tak pantas mengenai pelantikan.
Ia mengatakan 10 kasus untuk masalah lain yang mungkin melibatkan perilaku kriminal atau aktivitas lainnya tapi tidak berhubungan langsung dengan pelantikan Biden. Pencopotan ini dilakukan saat pejabat pertahanan AS khawatir dengan serangan orang dalam atau ancaman lain dari anggota angkatan bersenjata. Kekhawatiran ini dipicu penyerbuan yang dilakukan pendukung Donald Trump ke Capitol Hill pada 6 Januari lalu.
FBI memeriksa lebih dari 25 ribu pasukan Garda Nasional yang menjaga Washington D.C jelang pelantikan. Pemerintah mengatakan sejauh ini Pentagon tidak menemukan bukti intelijen kemungkinan serangan dari orang dalam.
Dua orang pejabat badan penegak hukum AS mengatakan FBI memperingatkan kemungkinan ada anggota Garda Nasional yang terlibat dalam kelompok sayap kanan. Baik Hokanson maupun juru bicara Pentagon Jonathan Hoffman tidak memberikan detail mengenai teks yang disampaikan dua orang anggota Garda Nasional yang dicopot dari tugasnya.
Dalam konferensi pers di Pentagon, Hokanson mengatakan satu orang diidentifikasi oleh komandannya. Satu orang lagi dilaporkan oleh pihak anonim.
"Sebagai informasi, ini tidak berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di Capitol atau yang dikhawatirkan banyak orang mengenai ekstremisme. Ini adalah upaya pemeriksaan untuk mengidentifikasi perilaku yang dipertanyakan di masa lalu atau potensi perilaku yang dipertanyakan, tidak hanya berhubungan dengan ekstremisme," kata Hoffman.
Ia menambahkan hingga kini mereka yang ditandai belum ditanya. Hoffman mengatakan berdasarkan tindak kehati-hatian, pemerintah segera mengambil tindakan dan mencopot mereka dari tugas di Capitol Hill dan kegiatan yang sedang berlangsung.
"Dan lalu kami akan menyelesaikannya, entah melalui rantai komando mereka sendiri atau jik perlu melalui penegak hukum," katanya.
Pejabat penegak hukum federal juga semakin khawatir dengan meningkatnya pemantauan terhadap pos pemeriksaan militer dan penegakan hukum dan posisi-posisi lainnya. Kekhawatiran ini muncul usai pasukan Garda Nasional melaporkan orang-orang memfoto dan merekam mereka.
Buletin Dinas Rahasia edisi akhir pekan lalu membahas mengenai apa yang mereka lihat sebagai 'peningkatan' gambar dan detail yang diunggah pasukan Garda Nasional mengenai operasi mereka. Pesan 'yang mengkhawatirkan' itu dikirimkan ke semua anggota Garda Nasional di Washington.
"Tidak ada anggota yang boleh mengunggah lokasi, gambar, atau deskripsi mengenai operasi yang sedang berlangsung atau lokasi sensitif yang mereka lindungi di internet," tulis Dinas Rahasia dalam buletin tersebut.
Mereka meminta anggota Garda Nasional yang masih melakukannya segera menghentikan aktivitas tersebut. Ditanya mengenai buletin tersebut, dalam pernyataannya juru bicara Dinas Rahasia mengatakan 'tidak memberikan komentar mengenai masalah intelijen yang dilindungi'.