Rabu 20 Jan 2021 23:54 WIB

Pendukung Trump di Tokyo Turun ke Jalan Gelar Demonstrasi

Para demonstran tetap yakin bahwa Donald Trump adalah presiden AS sesungguhnya.

Presiden Donald Trump
Foto: Erin Schaff / POOL/The New York Times POOL
Presiden Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Sekelompok warga Jepang simpatisan Donald Trump turun ke jalanan Ibu Kota Tokyo, Rabu. Mereka meneriakkan dukungan untuk Presiden AS itu di masa akhir jabatannya—beberapa jam sebelum penerusnya, Joe Biden, dilantik.

 

Baca Juga

 

Sekitar 120 orang ikut serta dalam aksi unjuk rasa di pusat kota tersebut, dan mereka mengibarkan bendera Amerika dan bendera Jepang serta membawa spanduk bertuliskan klaim bahwa Trump adalah “pemenang sesungguhnya” dalam pemilu AS pada 3 November 2020.

 

 

Padahal menurut hasil penghitungan resmi, Biden memenangkan pemilu dengan total 306 suara elektoral, sedangkan Trump memperoleh 232 suara elektoral. “Kami ingin menunjukkan bahwa banyak orang di Jepang yang mendukung Presiden Trump. Kami semua berseru bersama sehingga suara kami dapat terbang melampaui Samudera Pasifik dan menjangkau AS,” kata Naota Kobayashi, panitia aksi.

 

 

Sejumlah simpatisan Trump di Jepang berada pada posisi yang sama kerasnya dalam melawan China. Orang-orang seperti Kobayashi adalah bagian dari umat Kristen konservatif, sementara yang lainnya menganut teori konspirasi QAnon—yang menyebut Trump secara rahasia sedang melawan predator seks anak global.

 

 

Di Tokyo, telah berlangsung beberapa kali unjuk rasa pro Trump, yang para pesertanya mengibarkan spanduk kampanye Trump dan mengenakan topi merah 'Make America Great Again'. Namun aksi terbaru ini lebih kecil dibandingkan aksi-aksi sebelumnya.

 

 

Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, yang mengundurkan diri pada Agustus 2020, menjalin hubungan yang erat dengan Trump, misalnya bermain golf bersama, seringkali melakukan percakapan telepon, dan menggelar pertemuan.

 

 

Sementara usai masa pemerintahan Trump, Biden akan menjadi presiden ke-46 AS yang diresmikan melalui upacara di Washington—yang digelar tidak dengan banyak orang, karena situasi pandemi COVID-19 dan juga alasan keamanan menyusul kerusuhan pendukung Trump di Gedung Capitol pada 6 Januari lalu.

 

 

 

sumber : reuters/Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement