REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Gelombang kedua vaksin Covid-19 buatan China sebanyak 10 juta dosis telah disetujui untuk dikirim ke Turki dan mungkin tiba pada akhir pekan ini, ungkap Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Jumat.
Dosis kedua vaksin itu akan diberikan 28 hari setelah dosis yang pertama. Mereka yang sembuh dari Covid-19 tidak akan divaksinasi dalam empat hingga enam bulan setelah pemulihan mereka.
Saat kasus infeksi terus menurun di Turki setelah gelombang kedua pandemi, Erdogan mengatakan kepada wartawan setelah Salat Jumat di Istanbul bahwa rapat kabinet berikutnya akan mengevaluasi apakah pemerintah akan meninjau izin pembukaan restoran untuk makan di tempat.
Namun, Erdogan menambahkan bahwa masih ada kekhawatiran tentang langkah tersebut, dia menggarisbawahi bahwa mereka tidak akan mengambil risiko dari kemajuan yang telah diraih dengan langkah-langkah pencegahan saat ini.
"Yang kami katakan adalah kami harus mengevaluasi proses ini dengan hati-hati. Kami melihat data yang kami miliki, dan menurut data itu, perpanjangan bisa dilakukan jika perlu," kata dia.
Sejak bulan lalu, Turki memberlakukan jam malam dan lockdown sebagai bagian dari upaya untuk mengekang penyebaran virus.
Vaksinasi massal dimulai di Turki minggu lalu setelah tahap pertama tiga juta dosis vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech dari China tiba di Turki pada 30 Desember. Sejauh ini, lebih dari satu juta orang, termasuk petugas kesehatan telah divaksinasi virus di seluruh negeri sejak 14 Januari.
Menteri Kesehatan Fahrettin Koca dan anggota Dewan Penasihat Ilmiah Covid-19 diberikan dosis pertama vaksin, dan juga Presiden Erdogan, untuk mendorong kepercayaan publik terhadap program vaksinasi itu. Sejak Desember 2019, pandemi telah merenggut lebih dari 2,09 juta jiwa di 192 negara dan wilayah.