REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- NATO pada Jumat (22/1) meminta Rusia untuk menanggapi "dengan cara yang positif" terhadap seruan Amerika Serikat (AS) untuk memperpanjang Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru (START) selama lima tahun ke depan.
"Saya menyambut baik pengumuman Presiden Biden dan niatnya untuk mengupayakan perpanjangan perjanjian New START," kata Kepala NATO Jens Stoltenberg dalam konferensi pers dengan Presiden Georgia Salome Zourabichvili.
"Saya berulang kali menyatakan bahwa kita tidak boleh berakhir dalam situasi di mana kita tidak memiliki kesepakatan, tidak ada batasan apa pun pada jumlah hulu ledak nuklir," kata Stoltenberg.
Pemerintahan Biden mengatakan Washington menginginkan perpanjangan lima tahun untuk perjanjian yang akan berakhir pada 5 Februari itu.
"Perpanjangan ini menjadi lebih masuk akal ketika hubungan bermusuhan dengan Rusia seperti saat ini," kata juru bicara Gedung Putih Jen Psaki pada konferensi pers.
Rusia pada Jumat menyambut baik pengumuman AS, dan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Moskow memiliki pandangan yang sama tentang perjanjian New START, tetapi menunggu untuk melihat "rincian proposal ini".
“Kami hanya menyambut keinginan politik untuk memperpanjang perjanjian ini, tetapi semuanya akan tergantung pada detail proposal tersebut, yang masih harus dikaji,” kata Peskov.
Kepala NATO mengatakan perjanjian New START tidak boleh dibiarkan berakhir seperti perjanjian kontrol senjata lainnya dan semua sekutu NATO mendukung perjanjian New START.
“Ini harus menjadi awal dari upaya baru untuk memperkuat kontrol senjata internasional demi melihat bagaimana kami dapat mencakup lebih banyak sistem senjata, dan juga mencakup lebih banyak negara, misalnya, China,” kata Sekjen NATO Stoltenberg.