REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China mengkritik operasi kapal militer Amerika Serikat (AS) di Laut China Selatan. Beijing menilai hal itu tak kondusif bagi stabilitas di kawasan.
"AS sering mengirim pesawat dan kapal ke Laut China Selatan untuk melenturkan ototnya. Ini tidak kondusif untuk perdamaian dan stabilitas di kawasan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Zhao Lijian pada Senin (25/1).
Sekelompok kapal perang AS yang dipimpin kapal induk USS Theodore Roosevelt memasuki kawasan Laut China Selatan pada Ahad (23/1). Mereka hendak mempromosikan "kebebasan laut" di wilayah perairan yang dipersengketakan China dengan beberapa negara ASEAN tersebut.
"Setelah berlayar melalui perairan ini selama 30 tahun karier saya, sangat menyenangkan berada di Laut China Selatan lagi, melakukan operasi rutin, mempromosikan kebebasan laut, dan meyakinkan sekutu dan mitra," kata Laksamana Muda Doug Verissimo, tokoh yang memimpin kelompok kapal perang tersebut.
Saat memasuki Laut Cina Selatan, USS Theodore Roosevelt didampingi kapal penjelajah rudal kelas Ticonderoga USS Bunker Hill dan kapal perusak rudal kelas Arleigh Burke USS Russell serta USS John Finn. “Dengan dua pertiga perdagangan dunia yang melewati wilayah yang sangat penting ini, sangat penting bagi kami untuk mempertahankan kehadiran kami dan terus mempromosikan tatanan berbasis aturan yang memungkinkan kita semua untuk makmur,” ujar Verissimo.
Tahun lalu, China berulang kali mengecam kehadiran kapal perang AS di wilayah Laut China Selatan. Beijing menganggap hal tersebut sebagai bentuk provokasi. Seperti beberapa negara ASEAN lainnya, AS turut menentang klaim China atas wilayah perairan strategis tersebut.
China diketahui mengklaim sekitar 80 persen Laut China Selatan, termasuk sebagian besar zona ekonomi eksklusif (ZEE) Vietnam serta Kepulauan Paracel dan Spartly. Klaim Beijing atas wilayah perairan itu juga tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif (ZEE) anggota ASEAN lainnya, yakni Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Filipina.